MUSIK BANGSA ISRAEL
Published On Desember, 12 2012 |
TIDAK SEMUA ALAT MUSIK DALAM ALKITAB ADALAH MUSIK ISRAEL
Jauh
sebelum terbentuknya Israel menjadi sebuah Negara, bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Tuhan pun (menurut sudut pandang Alkitab) dalam
penyelenggaraan ibadah-ibadah agamanya, banyak yang menggunakan media
musik, misalnya saja Nebukadnesar dalam Kitab Daniel
disebutkan memiliki Orkes. Karena itu anggapan bahwa semua alat musik
yang tertulis dalam Alkitab berasal dari Israel adalah tidak benar. Ini
berarti bahwa musik Israel merupakan kombinasi tradisi musik Yahudi dan
non Yahudi yang mengalami perkembangan bersama menurut kebutuhan dan
fasilitas yang tersedia pada zamannya.
Dunia permusikan di Israel mengalami kemajuan pesat (pada zamannya) saat pemerintahan raja Daud.
Hal ini sangat didukung oleh faktor hobi dari Daud sendiri terhadap
musik sejak dirinya berprofesi sebagai penggembala domba, kemudian
mendapat kesempatan untuk mengembangkannya saat dirinya menjadi tentara
atau pendamping raja Saul dan akhirnya mengangkat musik masuk dalam
jajaran program nasional saat dirinya bertahta sebagai raja. Ini disebut
musik zaman keemasan Israel. Pada masa ini alat-alat musik lainnya
mulai berkembang. Setidaknya dapat dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, alat musik bertali yang terdiri dari kecapi, gambus, rebab, serdam. Kedua,
alat musik tiup: suling, sangkakala, sopar, khatsotsera (terbuat dari
perak yang ditempa), kelentung (biasanya dipakai bersamaan dengan
ceracap). Alat musik ini dipakai oleh Daud saat menari di hadapan Tuhan.
Ketiga, alat musik yang dipukul:
giring-giring, kerincingan, ceracap dan rebana. Jauh setelah masa
kejayaannya, Israel masih menyisakan musik tradisional Yemenite yang
merupakan musik tradisional Yahudi.
Kecapi
- Berasal dari kata Aram qitros (Daniel 3) yang sama dengan akar kata
gitar. Pertama kali Kecapi tertulis pada Kejadian 4:21. Acuan ini
menguatkan anggapan bahwa kecapi adalah alat tradisional tertua bangsa
Israel. Alat musik inilah yang akan digunakan oleh Laban untuk melepas
Yakub seandainya ia tidak diam-diam pergi (Kejadian 31:27). Daud
mengambil kecapi dan memainkannya (1 Samuel 10:5). Salomo juga
memerintahkan pembuatan alat musik ini dari kayu cendana untuk Bait
Suci.
Gambus
- Pertama kali alat musik ini disebut dalam 1 Samuel 10:5, kemungkinan
besar alat musik yang bertali senar 10 ini berasal dari Fenisia. Gambus
juga merupakan alat musik petik pada orkes Nebukadnesar (Dan 3:5)
Rebab
- Bila gambus menghasilkan suara bas, maka rebab menghasilkan suara
tinggi. Alat musik ini juga merupakan salah satu perangkat orkes
Nebukadnesar (Daniel 3:5). Zaman Nebukadnesar dan ketenaran Yunani
adalah suatu masa yang tidak pendek. Referensi arti kata rebab dari kata
Aram sabbekha yang disamakan dengan alat Yunani sambuke, yaitu kecapi
kecil, maka hal ini cukup menjelaskan bahwa alat musik ini cukup dikenal
dan dipakai pada waktu yang lama dari berbagai periode.
Suling
- Suling merupakan terjemahan juga dari kata Aram masroqita (Daniel
3:5), kata yang meniru suara yang berarti bersiul atau mendesis. Suling
dipakai pada acara sukacita nasional Israel (1 Raja-raja 1:40), dalam
arak-arakan (Yesaya 30:29), juga dipakai pada suasana meratap (Matius
9:23). Alat musik ini sangat sederhana, bahkan pernah disebutkan, suami
paling miskinpun diharapkan menghadirkan sedikitnya dua peniup suling
waktu menguburkan istrinya.
Sangkakala -
Alat musik ini asli khas Israel. Sangkakala merupakan hasil terjemahan
dari 3 kata Ibrani qeren, yang artinya tanduk (Yosua 6), sopar artinya
tanduk agak panjang. Alat musik ini merupakan sangkakala nasional Israel
dipakai pada peristiwa kemiliteran untuk memanggil orang
berkumpul. Sampai sekarang masih dipakai pada sinagoge atau rumah-rumah
ibadah Yahudi. Khatsotsera merupakan alat kudus yang dipakai pada
ibadah Israel (Bilangan 10:1-10)
Giring-giring,
kerincing, ceracap dan rebana sangat berkaitan erat dengan ibadah orang
Israel. Rebana misalnya mulai muncul sejak keluarnya bangsa Israel dari
perbudakan mesir (Keluaran 15:20), yang lainnya muncul bersamaan dengan
penetapan peraturan Ibadah saat Musa memimpin bangsa itu.
Yemenite Jews merupakan sebuah sisa kekuatan bangsa Israel saat mereka dalam pembuangan. Seorang ahli musik Yahudi kuno, A.Z Ideksohn
pernah mengungkapkan bahwa musik ini begitu dipelihara dan dilakukan
pada pusat-pusat latihan musik Yahudi. Oleh para Zionist musik Yemenite
selalu dihubungkan dengan akar Alkitab sebagai sebuah pengharapan
pulihnya bangsa Israel. Setidaknya musik ini telah dipelihara selama
seribu tiga ratus tahun oleh mereka yang mengharapkan berdirinya lagi
negara Israel. Tahun 1930 sampai 1940 Bracha Zefira
seorang penyanyi Yahudi menyelidiki dan merekam banyak lagu Yemenite.
Salah satu lagunya ialah “Shtu Ha Adarim atau drink, kawanan” dengan
syair oleh Alexander Penn dan musik oleh Nahum Nardi. Bahkan pada tahun
1980 oleh usaha seorang penyanyi Israel, Ofra Haza musik tradisional
Yemenite Yahudi menjadi terkenal di dunia. Lagu popular saat itu ialah
“Im Nin Alu” mereka yang turut berjasa dalam mempopulerkan musik ini
misalnya ialah Rabbi Shalom Shabazi. Usaha ini turut mendongkrak musik
tradisional Yemenite Yahudi masuk pada jajaran liris yang lebih luas
dari banyak bentuk musik tradisional Yahudi lainnya yang cenderung
menjadi liturgis bagi agama.
Israel
yang memimpin di garis utama dunia dalam bidang musik pada zaman
keemasan Daud akhirnya harus mengalami kemerosotan saat negeri itu pecah
saat zaman pemerintahan cucunya. Keterpurukan semakin nyata setelah
tahun 70 Masehi secara terpaksa bangsa itu harus tercerai berai ke
seluruh penjuru dunia dalam kondisi sebagai tawanan. Karena itu sampai
terbentuknya kembali negeri itu (1940-an), kondisi dunia permusikan
Israel mengalami ketertinggalan selama berabad-abad.
Meskipun
terdapat keanekaragaman yang luar biasa di musik Israel hari ini dari
1920 - 1970, para Zionist mencoba membuat musik gaya baru yang akan
memperkuat akar pertalian nasionalisme Yahudi. Maka berhasilah tersusun
“Shirei Eretz Yisrael – Lagu Negeri Israel.
Para
pendatang Yahudi dari Eropa, Asia, Timur Tengah dan dari tempat-tempat
lain waktu mereka kembali ke Israel dari masa pembuangan, membawa musik
tradisi dimana mereka pernah hidup, kemudian mencampurkan dan
membentuknya menjadi musik “baru” Israel. Termasuk nada minor pada
lagu-lagu Israel merupakan pengaruh dari Rusia atau tradisi Klezmer yang
biasanya memakai harmonisasi minor-minor.
Penghayatan
terhadap nilai-nilai religiusnya membuat kemajuan di bidang musik tetap
dalam koridor pemujaan terhadap sang pencipta, misalnya saja dari
Jewish Prayerbook menampilkan muatan: Piyyut, yaitu puisi liturgy
Yahudi, Zemirot merupakan Hymns Yahudi, Nigun adalah lagu-lagu keagamaan
Yahudi, Pizmonim merupakan lagu-lagu dan melodi tradisional Yahudi
untuk memuji Tuhan, Baqashot adalah lagu-lagu untuk ibadah setiap
Sabath.
Muatan
budaya dalam Alkitab yang dipakai oleh gereja Kristen didominasi oleh
budaya Israel. Penggunaan musik dari Alkitab, khususnya mengacu pada
referensi Daud yang dalam ibadahnya kepada Tuhan menggunakan sarana alat
musik (seperti tersebut di atas). Namun jenis musik apa yang diadopsi
oleh masing-masing denominasi gereja tidak sama. Biasanya dipengaruhi
oleh latar belakang budaya dimana gereja tersebut berdiri atau memang
denominasi gereja telah menetapkan standard musik yang harus digunakan
pada sinodenya. Di sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
juga sangat mempengaruhi kapasitas musik gereja, tetapi akarnya tetap
bermuara pada pengaruh Alkitab.(TSuw/Yis/PRAISE #5).
Sumber : www.majalahpraise.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar