So Send I You (Ku Utus Kau) (Edith Margaret Clarkson, 1915-2008)
Lirik lagu ‘Ku Utus Kau’ (So Send I You) ditulis oleh seorang
wanita muda berusia 22 tahun yang berkebangsaan Kanada bernama Margaret
Clarkson. Clarkson lahir di Melville, Saskatchewan, 8 Juni 1915, dimana
dia tinggal sampai orang tuanya, Frederick dan Ethel, serta keluarganya
pindah ke Toronto saat ia berusia empat tahunan. Wanita yang memakai
nama depan Edith ini memiliki masa kecil yang sangat menderita karena
penyakitnya. Sepanjang hidupnya, sejak berusia 3 tahun, ia diganggu oleh
rasa sakit. Awalnya dari migrain, disertai muntah, kejang, kemudian
Juvenile arthritis (penyakit autoimun yang menyerang anak-anak berusia
di bawah 16 tahun). Penyakit inilah yang terus-menerus menemaninya.
Teman-temannya kebanyakan melihat Margie - begitulah nama panggilannya-
tidur dengan rasa sakit sampai kepala bagian belakang botak karena
terlalu lama berbaring di tempat tidur. Margie memiliki kenangan masa
kecil yang penuh ketegangan, ketakutan, ketidak-amanan dan kesepian.
Sejak usia 5 tahun ia tumbuh besar di Toronto. Di sana keluarga Margaret menghadiri gereja terdekat, gereja St. John Presbyterian. Gereja ini membawa pengaruh yang besar bagi perkembangan rohani Margaret. Imannya bertumbuh di sana. Selain aktif, Margaret pun pernah mendapat hadiah karena menang dalam menghafal ayat Alkitab. Sebagai hadiah, dia menerima sebuah buku nyanyian Sekolah Minggu. Margaret mendapatkan berkat dan kekuatan dalam lagu-lagu Hymne. Bahkan ia duduk mengikuti seluruh khotbah. Dia membolak-balik halaman buku tentang para komposer. Dia merasa berada dalam komunitas orang-orang kudus.
Setelah itu ia dipimpin secara tidak sengaja ke sebuah penelusuran tulisan para tokoh yang lain. Dia banyak membaca mengenai tokoh-tokoh seperti John Bunyan, John dan Charles Wesley, Martin Luther, William Cowper, James Montegomery, John Newton, Paul Gerhardt, Philipp Nicolai, Gerhard Tersteegen, Isaac Watts, Frances Ridley Havergal dan Fanny Crosby. Bahkan Margaret bisa melihat bahwa gereja sebagai saluran kasih karunia Allah, termasuk gereja dimana dia berada.
Pada usia 10 tahun ia membuat karya pertamanya, sebuah puisi pada Tahun Baru. Dan mendapat juara dua dalam kontes untuk anak-anak di bawah enam belas tahun. Pada usia inilah dia bertobat dan menerima Yesus. Hal itu terjadi setelah mengikuti serangkaian Pertemuan Anak-anak berdasarkan Pilgrim`s Progress Bunyan`s, bahkan ia mendapat sebuah sertifikat jaminan iman dalam Kristus. Dia belajar dan menyukai Katekismus Westminster. Dalam tahun berikutnya, Margaret bahkan mampu menjawab 107 Pertanyaan Katekismus Westminster. Tak lama Margaret mulai menulis sajak yang diterbitkan di majalah paroki dan lembaran Sekolah Minggu.
Margaret juga mulai bermain piano. Selama masa ini, Margaret sekolah di Bolton Ave hingga usia 13 tahun. Ketika menjadi mahasiswa di Bolton, kembali dia memenangkan 2 penghargaan dalam kontes karangan esai nasional yang diadakan Liga Bangsa-bangsa.
DI TENGAH KESEPIAN, BANYAK BERKARYA
Ketika Margaret berusia 13 tahun, orangtuanya bercerai. Setelah itu ia mulai masuk dan belajar di Riverdale Collegiate Institute. Selain itu, ia dan keluarganya pindah ke sebuah gereja baru. Di gereja baru ini, dia merasakan kehilangan lagu-lagu hymne, karena yang dipakai dalam ibadah, kebanyakan lagu gospel. Di usia 20 tahun, dia mencari gereja yang masih menyanyikan lagu hymne dan kotbah yang baik. Sementara itu, meskipun Margaret dapat mencurahkan waktu dan tenaganya untuk menulis, dia tidak bebas dari rasa sakit.
Ketika ia berusia 17 tahun, penyakit arthritis-nya memang memasuki masa remisi (bebas obat), namun demikian dia tetap mengalami migrain dan bermasalah dengan tulang punggung bagian bawahnya. Penyakitnya ini menyebabkan dia bolos sekolah selama hampir setahun. Kesehatannya, situasi keluarga dan depresi berat, semua itu membuatnya sangat sulit untuk mengejar pendidikan universitas.
Untungnya, di saat seperti ini, Margaret tidak merasa sendirian. Di Toronto Normal School, dia menemukan seorang teman dan mentor wanita yang bersemangat dan kreatif, usianya sekitar 12 tahun lebih tua. Mereka berhubungan selama 20 tahun.
Setelah lulus menyelesaikan program guru tahun 1935, Margaret mulai mencari pekerjaan sebagai guru di daerah Toronto, tetapi pada waktu itu lapangan pekerjaan sangat langka sehingga ia harus menghabiskan 7 tahun bekerja di Barwick, Ontario bagian utara di sebuah perkampungan penebang kayu. Dari Barwick ia pindah ke sekolah-sekolah umum di Kirkland Lake, Ontario, sebuah komunitas pertambangan emas.
Setelah 1 tahun di sana, ia menjadi Supervisor Musik dari enam sekolah besar. Walaupun demikian, Margaret merasakan tahun-tahun ini adalah masa isolasi spiritual. Ia melihat dirinya seumur hidup membujang. Dapat dikatakan, Margaret mengalami kesepian setiap jenis mental, budaya dan spiritual.
Di saat-saat kesepian yang amat sangat, ia menulis kata-kata dari rasa sakit dan penderitaannya yang merupakan versi awal lagu ‘So Send I You’ (Ku Utus Kau) :
I do not know tomorrow’s way
If dark or bright its hours may be
But I know Christ, and come what may
I know that he abides with me
I do not know what may be
fall of grief or gladness, peace or pain
But I know Christ, and through it all
I know his presence will sustain.
(Aku tidak tahu jalan hidup besok
bisa jadi gelap atau mungkin terang
Tapi aku mengenal Kristus dan apa pun yang terjadi
saya tahu bahwa Dia beserta dengan saya
Aku tidak tahu apa yang mungkin terjadi
kesedihan atau sukacita, damai atau sakit
Tapi aku mengenal Kristus
Dan melalui itu semua aku tahu kehadiranNya senantiasa).
Margaret bekerja keras selama bertahun-tahun untuk membuat pondok rumah. Di sinilah ia banyak menulis buku. Di tengah-tengah Perang Dunia II Margaret pindah ke Ontario Selatan dan mengajar di The Township of York. Tahun berikutnya kembali ke Toronto dan mengajar di Sekolah Umum di St. Dawson. Selama belasan tahun ke depan, Margaret akhirnya menemukan gereja yang dicari selama ini, yaitu gereja yang didukung dengan nyanyian hymne dan khotbah yang baik menurut versinya.
Margaret bergabung dengan Gereja Knox Presbyterian dan melayani di bawah pengawasan Dr. William Fitch. Margaret kembali terlibat aktif di gereja dan konsentrasi menulis lagu-lagu hymne. Pada tahun 1946, ia menulis hymne pertamanya ‘We Come O Christ, To Thee’ atas permintaan Stacey Woods, direktur umum dari InterVarsity Christian Fellowship (IVCF) di Kanada dan Amerika Serikat. Dia memintanya untuk menulis sebuah hymne yang mungkin membantu untuk menyatukan kelompok-kelompok mahasiswa yang tersebar. Lagu itu dinyanyikan di konvensi IVCF misi pertama yang diadakan di Toronto. Diterbitkan pula dalam buku Christian Praise (Tyndale Press / IVP, 1957) dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.
Tahun 1947, ia menerbitkan buku pertamanya ‘Let`s Listen to Music’. Meskipun Margaret sudah mempunyai posisi cukup stabil saat mengajar dan aktifitasnya untuk menulis, tahun 1948 ia meninggalkan Toronto dan bekerja sebagai editor di Scripture Press di Wheaton, Illinois. Dan pada tahun 1950, ia mengajar di sekolah Huron.
Pada tahun 1955, di usia 40 tahun, dia membeli sebuah rumah di jalan yang ramai. Dua tahun setelah itu ia pindah ke sekolah Blythwood dan pada tahun berikutnya menerbitkan ‘The Creative Classroom’. Di Blythwood dia mulai memakai Hamsters dalam kurikulum untuk mengajar pendidikan seks dan kesehatan.
Tahun 1960, buku tentang keajaiban melahirkan ‘Susie’s Babies’ diterbitkan dan menjadi best seller. Selama tahun ini, Margaret mulai melihat dan mengakui kedaulatan Tuhan, terutama dalam kaitannya dengan penderitaan pribadinya. Keberhasilannya menulis buku Susie’s Babies, membuatnya diizinkan mengambil cuti selama tahun 1960-1961, di sekolah dimana ia mengambil kursus bahasa dan sastra di universitas Toronto.
Buku-buku yang ditulis oleh Margaret sekitar tahun 1960-an cukup banyak, antara lain : ‘Our Father’ (1961) : Doa Tuhan bagi Anak-anak, lalu diikuti ‘Clear Shining After Rain’, dan ‘Chats With Young Adults on Growing’ pada tahun 1962. Di tahun 1966 diterbitkan ‘The Wondrous Cross’, selanjutkan ‘Rivers Among the Rocks’ (1967) dan ‘God`s Hedge’ (1967). Margaret begitu merasakan pemeliharaan Tuhan selama tahun-tahun ini dan bisa melihat kedaulatan Allah, terutama dalam kaitannya dengan apa yang dialaminya.
DITULISNYA ‘SO SEND I YOU’
Kalau di awal penerbitan lagu ‘So Send I You’ Margaret merasakan terlalu menitik beratkan sisi penderitaan dan kesepian dari seorang Misionari, namun tahun kemudian dia menulis ulang versi yang lebih baru, yang mencerminkan
pertumbuhan imannya di dalam Kristus.
Margaret menulis : “Ketika saya sedang berada di utara, saya merasakan berbagai macam kesepian secara mental, kebudayaan, dan terutama secara rohani. Saya tidak dapat menemukan gereja ataupun suatu kelompok pendalaman Alkitab. Saya hanya menemukan satu atau dua orang yang beragama Kristen pada tahun-tahun itu. Suatu malam ketika saya sedang mempelajari Firman Tuhan dan merenungkan keadaan saya, saya teringat pada Injil Yohanes pasal 20 dan pada kata-kata ‘Aku mengutus kamu’. Karena cacat tubuh yang saya derita, saya tidak bisa pergi ke berbagai tempat untuk melayani, namun pada malam itu Tuhan menunjukkan bahwa di sinilah ladang pelayanan saya. Saya telah menulis sajak selama hidup saya, jadi sangat mudah bagi saya untuk mengekspresikan pemikiran saya dalam sebuah puisi yang kemudian dijadikan sebuah lagu. Beberapa tahun kemudian saya menyadari bahwa puisi tersebut sangat bersifat berat sebelah. Puisi tersebut hanya berisikan tentang penderitaan dan kehidupan yang serba kekurangan dari sebuah panggilan misionari. Saya menulis sebuah lirik lain dengan irama lagu yang sama sehingga ayat-ayat lagu tersebut dapat digunakan secara bergantian. Sangat menarik karena di kemudian hari, versi yang baru ini lebih disukai. Saya sangat bersukacita atas hal ini sebab saya sangat ingin menjadi seorang penulis yang mengacu pada Alkitab dan versi yang kedua itulah yang lebih mengacu pada Alkitab”. Begitulah kisah lahirlah lagu ‘So Send I You’ versi kedua yang dikenal sampai sekarang dengan berbagai terjemahan, di antaranya : ‘Ku Utus Kau’ atau ‘Ku Kirim Kau’. (Kisah selengkapnya dapat dibaca di Story Behind The Song terbitan Yis Production).
DI AKHIR HIDUP MARGARET, TETAP PRODUKTIF
Margaret sempat mengalami kesenjangan dalam menulis, karena tulang belakang nya dan sakit kepalanya kambuh lagi. Tulang belakangnya harus dioperasi. Setelah dioperasi penyakit arthritisnya kambuh lagi. Kondisinya lemah dan mengalami penderitaan lagi. Di tengah penderitaannya tersebut, dia menulis ‘Grace Grows Best’ di musim dingin yang diterbitkan pada tahun 1972. Sakit Margaret menjadi begitu parah sehingga pada tahun 1973, dia mengundurkan diri setelah 31 tahun mengajar. Pada saat ini Margaret menjual rumahnya di Toronto dan pindah ke daerah pinggiran, di mana dia hidup tenang dan bahagia di Willowdale, Ontario.
Meskipun masih diganggu oleh rasa sakit, Margaret telah belajar sejak awal kehidupan bahwa dalam kesendirian yang panjang dan dalam kelemahan, dia dapat menyanyikan lagu hymne dan hal itu dapat membantunya bertahan. Dia telah belajar mencari penghiburan dalam Kristus, dari Alkitab, dari lagu-lagu hymne dan Roh Kudus. Selama pensiun, Margaret mengambil kursus teologia sesekali di Ontario Theological College di Toronto.
Bahkan dia masih mampu mencurahkan untuk menulis beberapa tahun setelah berhenti mengajar. Di antaranya ‘Conversations with a Barred Owl’ (1975) dan ‘So You`re Single’ (1978) yang sudah diterbitkan. Di tahun-tahun terakhirnya, dia sangat produktif dalam menulis. ‘Destined for Glory (1983), All Nature Sings (1986) dan A Singing Hear’ (1987), ditulis dalam masa pensiunnya.
Tahun 1985nya, Margaret menjalani bedah tulang karena sudah parah. Pada tahun 1992, Margaret dirawat di rumah jompo di Toronto, Kanada. Di akhir hidupnya, ia mengalami demensia (lupa ingatan, lebih parah dari pikun). Sehingga tidak bisa mengenali dan berinteraksi
dengan mereka yang datang untuk menghargai karya-karyanya. Kontribusinya pada hymne sangat besar, sehingga mendapat pengakuan dari ‘A Fellow of the Hymn Society’ di Amerika dan Kanada. Margaret meninggal pada 17 Maret 2008 di rumah jompo di Toronto tersebut, dalam usia 93 tahun.
Margaret adalah pembela yang kuat dari iman Reformed, seorang koresponden yang cerdas, dan seorang editor yang dihormati. Walaupun selama hidupnya, berjuang dengan penyakit dan beberapa kali dioperasi tulang belakangnya, ia tetap berkarya untuk Tuhan dan sesama. Selain seorang pengajar sejati, diapun seorang penulis berbakat alami, ia menerbitkan ratusan puisi, artikel, lagu hymne dan sketsa, serta 17 buku dalam 7 bahasa.
Pada akhir pengantar buku ‘Destined for Glory’, Margaret Clarkson menyaksikan kisah seorang teman yang datang untuk mengunjunginya. Sudah 5 tahun terakhir, temannya sedang bersedih karena kematian ibunya yang menderita kanker. Margaret meminta temannya membaca tentang topik penderitaan. Ternyata temannya tersebut dapat melihat tentang kedaulatan Tuhan. Apalagi ketika didiagnosa, rupanya temannya menderita kanker juga. Selama pergumulannya, teman Margaret menulis bahwa buku Margaret telah memberi pencerahan untuk menahan sakit dan dapat melihat tujuan Allah dalam penderitaan.
MUSIKNYA DIBUAT JOHN W. PETERSON
Musik untuk lagu ‘Ku Utus Kau’ dibuat oleh John W. Peterson. Kontribusi dan pengaruh yang diberikan Peterson pada musik gereja sejak zaman Perang Dunia II telah dikenal oleh para pekabar Injil pada zaman itu. Ia telah membuat banyak komposisi lagu rohani, hymne dan lagu-lagu untuk paduan suara. Ia juga telah membantu paduan suara gereja dengan membuat lebih dari 20 musik kantata. Musik-musik tersebut telah menggetarkan hati banyak orang dan telah menginspirasi jemaaat melalui lirik-liriknya.
John W. Peterson lahir di Lindsborg, Kansas pada 1 November 1921. Pada tahun 1939 ia memulai pelayanan mengabarkan Injil melalui radio dengan 2 saudara laki-lakinya dan pada tahun itu juga ia menulis lagu rohaninya yang pertama. Tahun 1942, Peterson mengikuti pelatihan militer dan ia menjadi pilot saat terjadi perang antara RRC dengan Myanmar. Mengenai masa kehidupannya saat itu, ia berkomentar : “Saya mengalami banyak pengalaman rohani yang berharga selama hari-hari itu dan banyak lagu saya yang diawali di suatu tempat di India atau Myanmar atau di atas Gunung Himalaya”. Setelah tugas militernya, John Peterson mendaftarkan diri sebagai mahasiswa dan lulus dari Moody Bible Institute, kemudian ia melanjutkan pelatihan musiknya di American Conservatory of Music dan lulus pada tahun 1950. John Peterson telah diberikan gelar Doktor dari Western Conservative Baptist Seminary dan juga dari Brown University atas kontribusi Peterson pada musik gereja.
Di kemudian hari keluarga John Peterson tinggal di sebuah daerah dekat Phoenix, Arizona di mana ia melanjutkan menulis komposisi-komposisi rohani. Ia juga memimpin banyak paduan suara di beberapa daerah di negaranya. Musiknya dicintai dan dinyanyikan di seluruh dunia. Peterson telah menulis 35 kantata dan musikal, di antaranya : ‘Night of Miracles’, ‘Born a King’, ‘No Greater Love’, ‘Carol of Christmas’, ‘Jesus Is Coming, King of Kings’, ‘Down from His Glory’ dan ‘The Last Week’. Sekitar 10.000.000 salinan kantata dan musikal ini telah diterbitkan dan dijual. Dia juga telah menyusun lebih dari 1.200 lagu, seperti ‘It Took a Miracle’, ‘Over the Sunset Mountains’, ‘So Send I You’, ‘Springs of Living Water’, ‘Heaven Came Down’, ‘Jesus Is Coming Again’ dan ‘Surely Goodness and Mercy’.
Namun demikian, dia dikenal karena lagu ‘So Send I You’ yang telah membuahkan banyak kesaksian. John Peterson sering mengatakan mengenai betapa besar kuasa dari sebuah kidung pujian dalam mengubah kehidupan seseorang. Dalam bukunya ‘The Miracle Goes On’, ia memberi contoh tentang kuasa pujian tersebut. Lagu ‘So Send I You’ (Ku Utus Kau) dipakai Tuhan untuk mengubah sikap hati dan kehidupan seorang artis. Disaksikan, walau sudah mengenal Kristus, artis tersebut sedang mengalami kebimbangan, apakah sebaiknya ia tetap menjalani karirnya sebagai artis atau menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan? Di tengah kebimbangannya, ia mendengarkan lagu ‘So Send I You’ dan ternyata pesan dalam lagu ini membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan artis tersebut. Artis tersebut berlutut dan membuat komitmen bahwa ia mau menyerahkan seluruh kehidupannya pada Tuhan. Lagu tersebut sudah menjadi jawaban atas keraguan artis itu.
Buku-buku terbitan Margaret Clarkson :
1. Let’s List¬en to Mu¬sic, 1947
2. The Creative Class¬room, 1958
3. Susie’s Ba¬bies, 1960
4. Our Fa¬ther : The Lord’s Pray¬er for Child¬ren, 1961
5. Clear Shin¬ing Af¬ter Rain, 1962
6. Chats With Young Adults on Grow¬ing Up, 1962
7. The Wond¬rous Cross, 1966
8. Rivers Among the Rocks, 1967
9. God’s Hedge, 1967
10. Grace Grows Best in Win¬ter, 1972, 1984
11. Conversa¬tions with a Barred Owl, 1975
12. So You’re Sin¬gle, 1978
13. Destined for Glo¬ry, 1983
14. All Na¬ture Sings, 1986
15. A Sing¬ing Heart, 1987
Lagu-lagu yang dikarang Margaret Clarkson (© 1966) :
1. Battle Is the Lord’s, The (© 1962)
2. Burn in Me, Fire of God (© 1962)
3. For Your Gift of God the Spir¬it (© 1960, 1976)
4. God of the Ages (© 1983)
5. Let Us Build a House of Wor¬ship (© 1984)
6. So Send I You (© 1954)
7. That’s the Name That I Love (© 1975)
8. We Come, O Christ, to Thee (© 1957)
Kesimpulan
Di sepanjang hidupnya Edit Margaret Clarkson telah mengalami berbagai bentuk penderitaan, mulai dari perceraian orangtuanya, rasa sakit fisik yang terus menerus, keuangan yang susah, kesepian dan isolasi, namun demikian hidupnya yang bergantung pada penghiburan Tuhan tersebut, telah menjadi pelajaran berharga bagi kita. ‘So Send I You’ merupakan karya Margaret terbesar dalam hidupnya karena lagu tersebut merupakan ringkasan kesaksian Margaret yang sudah melihat panggilan Allah atas hidupnya, di tempat dimana dia berada. Bahwa dia diutus untuk melayani orang lain dalam kemenangan. Tinggalkan rasa sedih dan sakitmu, layani Tuhan, di luar sana banyak orang perlu Saudara ! (Sumber : Praise #13). www.majalahpraise.com
Lagu dapat didengar di SONG
SO SEND I YOU
So send I you--by grace made strong to triumph
O`er hosts of hell, o`er darkness, death and sin,
My name to bear and in that name to conquer
So send I you, My victory to win.
So send I you--to take to souls in bondage
The Word of Truth that sets the captive free,
To break the bonds of sin, to loose death`s fetters
So send I you, to bring the lost to me.
So send I you--My strength to know in weakness,
My joy in grief, My perfect peace in pain,
To prove my pow`r, My grace, My promised presence
So send I you, eternal fruit to gain.
So send I you--to bear My cross with patience,
And then one day with joy to lay it down,
To hear My voice, "Well done, My faithful servant
Come share My throne, My kingdom and My crown!"
Sejak usia 5 tahun ia tumbuh besar di Toronto. Di sana keluarga Margaret menghadiri gereja terdekat, gereja St. John Presbyterian. Gereja ini membawa pengaruh yang besar bagi perkembangan rohani Margaret. Imannya bertumbuh di sana. Selain aktif, Margaret pun pernah mendapat hadiah karena menang dalam menghafal ayat Alkitab. Sebagai hadiah, dia menerima sebuah buku nyanyian Sekolah Minggu. Margaret mendapatkan berkat dan kekuatan dalam lagu-lagu Hymne. Bahkan ia duduk mengikuti seluruh khotbah. Dia membolak-balik halaman buku tentang para komposer. Dia merasa berada dalam komunitas orang-orang kudus.
Setelah itu ia dipimpin secara tidak sengaja ke sebuah penelusuran tulisan para tokoh yang lain. Dia banyak membaca mengenai tokoh-tokoh seperti John Bunyan, John dan Charles Wesley, Martin Luther, William Cowper, James Montegomery, John Newton, Paul Gerhardt, Philipp Nicolai, Gerhard Tersteegen, Isaac Watts, Frances Ridley Havergal dan Fanny Crosby. Bahkan Margaret bisa melihat bahwa gereja sebagai saluran kasih karunia Allah, termasuk gereja dimana dia berada.
Pada usia 10 tahun ia membuat karya pertamanya, sebuah puisi pada Tahun Baru. Dan mendapat juara dua dalam kontes untuk anak-anak di bawah enam belas tahun. Pada usia inilah dia bertobat dan menerima Yesus. Hal itu terjadi setelah mengikuti serangkaian Pertemuan Anak-anak berdasarkan Pilgrim`s Progress Bunyan`s, bahkan ia mendapat sebuah sertifikat jaminan iman dalam Kristus. Dia belajar dan menyukai Katekismus Westminster. Dalam tahun berikutnya, Margaret bahkan mampu menjawab 107 Pertanyaan Katekismus Westminster. Tak lama Margaret mulai menulis sajak yang diterbitkan di majalah paroki dan lembaran Sekolah Minggu.
Margaret juga mulai bermain piano. Selama masa ini, Margaret sekolah di Bolton Ave hingga usia 13 tahun. Ketika menjadi mahasiswa di Bolton, kembali dia memenangkan 2 penghargaan dalam kontes karangan esai nasional yang diadakan Liga Bangsa-bangsa.
DI TENGAH KESEPIAN, BANYAK BERKARYA
Ketika Margaret berusia 13 tahun, orangtuanya bercerai. Setelah itu ia mulai masuk dan belajar di Riverdale Collegiate Institute. Selain itu, ia dan keluarganya pindah ke sebuah gereja baru. Di gereja baru ini, dia merasakan kehilangan lagu-lagu hymne, karena yang dipakai dalam ibadah, kebanyakan lagu gospel. Di usia 20 tahun, dia mencari gereja yang masih menyanyikan lagu hymne dan kotbah yang baik. Sementara itu, meskipun Margaret dapat mencurahkan waktu dan tenaganya untuk menulis, dia tidak bebas dari rasa sakit.
Ketika ia berusia 17 tahun, penyakit arthritis-nya memang memasuki masa remisi (bebas obat), namun demikian dia tetap mengalami migrain dan bermasalah dengan tulang punggung bagian bawahnya. Penyakitnya ini menyebabkan dia bolos sekolah selama hampir setahun. Kesehatannya, situasi keluarga dan depresi berat, semua itu membuatnya sangat sulit untuk mengejar pendidikan universitas.
Untungnya, di saat seperti ini, Margaret tidak merasa sendirian. Di Toronto Normal School, dia menemukan seorang teman dan mentor wanita yang bersemangat dan kreatif, usianya sekitar 12 tahun lebih tua. Mereka berhubungan selama 20 tahun.
Setelah lulus menyelesaikan program guru tahun 1935, Margaret mulai mencari pekerjaan sebagai guru di daerah Toronto, tetapi pada waktu itu lapangan pekerjaan sangat langka sehingga ia harus menghabiskan 7 tahun bekerja di Barwick, Ontario bagian utara di sebuah perkampungan penebang kayu. Dari Barwick ia pindah ke sekolah-sekolah umum di Kirkland Lake, Ontario, sebuah komunitas pertambangan emas.
Setelah 1 tahun di sana, ia menjadi Supervisor Musik dari enam sekolah besar. Walaupun demikian, Margaret merasakan tahun-tahun ini adalah masa isolasi spiritual. Ia melihat dirinya seumur hidup membujang. Dapat dikatakan, Margaret mengalami kesepian setiap jenis mental, budaya dan spiritual.
Di saat-saat kesepian yang amat sangat, ia menulis kata-kata dari rasa sakit dan penderitaannya yang merupakan versi awal lagu ‘So Send I You’ (Ku Utus Kau) :
I do not know tomorrow’s way
If dark or bright its hours may be
But I know Christ, and come what may
I know that he abides with me
I do not know what may be
fall of grief or gladness, peace or pain
But I know Christ, and through it all
I know his presence will sustain.
(Aku tidak tahu jalan hidup besok
bisa jadi gelap atau mungkin terang
Tapi aku mengenal Kristus dan apa pun yang terjadi
saya tahu bahwa Dia beserta dengan saya
Aku tidak tahu apa yang mungkin terjadi
kesedihan atau sukacita, damai atau sakit
Tapi aku mengenal Kristus
Dan melalui itu semua aku tahu kehadiranNya senantiasa).
Margaret bekerja keras selama bertahun-tahun untuk membuat pondok rumah. Di sinilah ia banyak menulis buku. Di tengah-tengah Perang Dunia II Margaret pindah ke Ontario Selatan dan mengajar di The Township of York. Tahun berikutnya kembali ke Toronto dan mengajar di Sekolah Umum di St. Dawson. Selama belasan tahun ke depan, Margaret akhirnya menemukan gereja yang dicari selama ini, yaitu gereja yang didukung dengan nyanyian hymne dan khotbah yang baik menurut versinya.
Margaret bergabung dengan Gereja Knox Presbyterian dan melayani di bawah pengawasan Dr. William Fitch. Margaret kembali terlibat aktif di gereja dan konsentrasi menulis lagu-lagu hymne. Pada tahun 1946, ia menulis hymne pertamanya ‘We Come O Christ, To Thee’ atas permintaan Stacey Woods, direktur umum dari InterVarsity Christian Fellowship (IVCF) di Kanada dan Amerika Serikat. Dia memintanya untuk menulis sebuah hymne yang mungkin membantu untuk menyatukan kelompok-kelompok mahasiswa yang tersebar. Lagu itu dinyanyikan di konvensi IVCF misi pertama yang diadakan di Toronto. Diterbitkan pula dalam buku Christian Praise (Tyndale Press / IVP, 1957) dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.
Tahun 1947, ia menerbitkan buku pertamanya ‘Let`s Listen to Music’. Meskipun Margaret sudah mempunyai posisi cukup stabil saat mengajar dan aktifitasnya untuk menulis, tahun 1948 ia meninggalkan Toronto dan bekerja sebagai editor di Scripture Press di Wheaton, Illinois. Dan pada tahun 1950, ia mengajar di sekolah Huron.
Pada tahun 1955, di usia 40 tahun, dia membeli sebuah rumah di jalan yang ramai. Dua tahun setelah itu ia pindah ke sekolah Blythwood dan pada tahun berikutnya menerbitkan ‘The Creative Classroom’. Di Blythwood dia mulai memakai Hamsters dalam kurikulum untuk mengajar pendidikan seks dan kesehatan.
Tahun 1960, buku tentang keajaiban melahirkan ‘Susie’s Babies’ diterbitkan dan menjadi best seller. Selama tahun ini, Margaret mulai melihat dan mengakui kedaulatan Tuhan, terutama dalam kaitannya dengan penderitaan pribadinya. Keberhasilannya menulis buku Susie’s Babies, membuatnya diizinkan mengambil cuti selama tahun 1960-1961, di sekolah dimana ia mengambil kursus bahasa dan sastra di universitas Toronto.
Buku-buku yang ditulis oleh Margaret sekitar tahun 1960-an cukup banyak, antara lain : ‘Our Father’ (1961) : Doa Tuhan bagi Anak-anak, lalu diikuti ‘Clear Shining After Rain’, dan ‘Chats With Young Adults on Growing’ pada tahun 1962. Di tahun 1966 diterbitkan ‘The Wondrous Cross’, selanjutkan ‘Rivers Among the Rocks’ (1967) dan ‘God`s Hedge’ (1967). Margaret begitu merasakan pemeliharaan Tuhan selama tahun-tahun ini dan bisa melihat kedaulatan Allah, terutama dalam kaitannya dengan apa yang dialaminya.
DITULISNYA ‘SO SEND I YOU’
Kalau di awal penerbitan lagu ‘So Send I You’ Margaret merasakan terlalu menitik beratkan sisi penderitaan dan kesepian dari seorang Misionari, namun tahun kemudian dia menulis ulang versi yang lebih baru, yang mencerminkan
pertumbuhan imannya di dalam Kristus.
Margaret menulis : “Ketika saya sedang berada di utara, saya merasakan berbagai macam kesepian secara mental, kebudayaan, dan terutama secara rohani. Saya tidak dapat menemukan gereja ataupun suatu kelompok pendalaman Alkitab. Saya hanya menemukan satu atau dua orang yang beragama Kristen pada tahun-tahun itu. Suatu malam ketika saya sedang mempelajari Firman Tuhan dan merenungkan keadaan saya, saya teringat pada Injil Yohanes pasal 20 dan pada kata-kata ‘Aku mengutus kamu’. Karena cacat tubuh yang saya derita, saya tidak bisa pergi ke berbagai tempat untuk melayani, namun pada malam itu Tuhan menunjukkan bahwa di sinilah ladang pelayanan saya. Saya telah menulis sajak selama hidup saya, jadi sangat mudah bagi saya untuk mengekspresikan pemikiran saya dalam sebuah puisi yang kemudian dijadikan sebuah lagu. Beberapa tahun kemudian saya menyadari bahwa puisi tersebut sangat bersifat berat sebelah. Puisi tersebut hanya berisikan tentang penderitaan dan kehidupan yang serba kekurangan dari sebuah panggilan misionari. Saya menulis sebuah lirik lain dengan irama lagu yang sama sehingga ayat-ayat lagu tersebut dapat digunakan secara bergantian. Sangat menarik karena di kemudian hari, versi yang baru ini lebih disukai. Saya sangat bersukacita atas hal ini sebab saya sangat ingin menjadi seorang penulis yang mengacu pada Alkitab dan versi yang kedua itulah yang lebih mengacu pada Alkitab”. Begitulah kisah lahirlah lagu ‘So Send I You’ versi kedua yang dikenal sampai sekarang dengan berbagai terjemahan, di antaranya : ‘Ku Utus Kau’ atau ‘Ku Kirim Kau’. (Kisah selengkapnya dapat dibaca di Story Behind The Song terbitan Yis Production).
DI AKHIR HIDUP MARGARET, TETAP PRODUKTIF
Margaret sempat mengalami kesenjangan dalam menulis, karena tulang belakang nya dan sakit kepalanya kambuh lagi. Tulang belakangnya harus dioperasi. Setelah dioperasi penyakit arthritisnya kambuh lagi. Kondisinya lemah dan mengalami penderitaan lagi. Di tengah penderitaannya tersebut, dia menulis ‘Grace Grows Best’ di musim dingin yang diterbitkan pada tahun 1972. Sakit Margaret menjadi begitu parah sehingga pada tahun 1973, dia mengundurkan diri setelah 31 tahun mengajar. Pada saat ini Margaret menjual rumahnya di Toronto dan pindah ke daerah pinggiran, di mana dia hidup tenang dan bahagia di Willowdale, Ontario.
Meskipun masih diganggu oleh rasa sakit, Margaret telah belajar sejak awal kehidupan bahwa dalam kesendirian yang panjang dan dalam kelemahan, dia dapat menyanyikan lagu hymne dan hal itu dapat membantunya bertahan. Dia telah belajar mencari penghiburan dalam Kristus, dari Alkitab, dari lagu-lagu hymne dan Roh Kudus. Selama pensiun, Margaret mengambil kursus teologia sesekali di Ontario Theological College di Toronto.
Bahkan dia masih mampu mencurahkan untuk menulis beberapa tahun setelah berhenti mengajar. Di antaranya ‘Conversations with a Barred Owl’ (1975) dan ‘So You`re Single’ (1978) yang sudah diterbitkan. Di tahun-tahun terakhirnya, dia sangat produktif dalam menulis. ‘Destined for Glory (1983), All Nature Sings (1986) dan A Singing Hear’ (1987), ditulis dalam masa pensiunnya.
Tahun 1985nya, Margaret menjalani bedah tulang karena sudah parah. Pada tahun 1992, Margaret dirawat di rumah jompo di Toronto, Kanada. Di akhir hidupnya, ia mengalami demensia (lupa ingatan, lebih parah dari pikun). Sehingga tidak bisa mengenali dan berinteraksi
dengan mereka yang datang untuk menghargai karya-karyanya. Kontribusinya pada hymne sangat besar, sehingga mendapat pengakuan dari ‘A Fellow of the Hymn Society’ di Amerika dan Kanada. Margaret meninggal pada 17 Maret 2008 di rumah jompo di Toronto tersebut, dalam usia 93 tahun.
Margaret adalah pembela yang kuat dari iman Reformed, seorang koresponden yang cerdas, dan seorang editor yang dihormati. Walaupun selama hidupnya, berjuang dengan penyakit dan beberapa kali dioperasi tulang belakangnya, ia tetap berkarya untuk Tuhan dan sesama. Selain seorang pengajar sejati, diapun seorang penulis berbakat alami, ia menerbitkan ratusan puisi, artikel, lagu hymne dan sketsa, serta 17 buku dalam 7 bahasa.
Pada akhir pengantar buku ‘Destined for Glory’, Margaret Clarkson menyaksikan kisah seorang teman yang datang untuk mengunjunginya. Sudah 5 tahun terakhir, temannya sedang bersedih karena kematian ibunya yang menderita kanker. Margaret meminta temannya membaca tentang topik penderitaan. Ternyata temannya tersebut dapat melihat tentang kedaulatan Tuhan. Apalagi ketika didiagnosa, rupanya temannya menderita kanker juga. Selama pergumulannya, teman Margaret menulis bahwa buku Margaret telah memberi pencerahan untuk menahan sakit dan dapat melihat tujuan Allah dalam penderitaan.
MUSIKNYA DIBUAT JOHN W. PETERSON
Musik untuk lagu ‘Ku Utus Kau’ dibuat oleh John W. Peterson. Kontribusi dan pengaruh yang diberikan Peterson pada musik gereja sejak zaman Perang Dunia II telah dikenal oleh para pekabar Injil pada zaman itu. Ia telah membuat banyak komposisi lagu rohani, hymne dan lagu-lagu untuk paduan suara. Ia juga telah membantu paduan suara gereja dengan membuat lebih dari 20 musik kantata. Musik-musik tersebut telah menggetarkan hati banyak orang dan telah menginspirasi jemaaat melalui lirik-liriknya.
John W. Peterson lahir di Lindsborg, Kansas pada 1 November 1921. Pada tahun 1939 ia memulai pelayanan mengabarkan Injil melalui radio dengan 2 saudara laki-lakinya dan pada tahun itu juga ia menulis lagu rohaninya yang pertama. Tahun 1942, Peterson mengikuti pelatihan militer dan ia menjadi pilot saat terjadi perang antara RRC dengan Myanmar. Mengenai masa kehidupannya saat itu, ia berkomentar : “Saya mengalami banyak pengalaman rohani yang berharga selama hari-hari itu dan banyak lagu saya yang diawali di suatu tempat di India atau Myanmar atau di atas Gunung Himalaya”. Setelah tugas militernya, John Peterson mendaftarkan diri sebagai mahasiswa dan lulus dari Moody Bible Institute, kemudian ia melanjutkan pelatihan musiknya di American Conservatory of Music dan lulus pada tahun 1950. John Peterson telah diberikan gelar Doktor dari Western Conservative Baptist Seminary dan juga dari Brown University atas kontribusi Peterson pada musik gereja.
Di kemudian hari keluarga John Peterson tinggal di sebuah daerah dekat Phoenix, Arizona di mana ia melanjutkan menulis komposisi-komposisi rohani. Ia juga memimpin banyak paduan suara di beberapa daerah di negaranya. Musiknya dicintai dan dinyanyikan di seluruh dunia. Peterson telah menulis 35 kantata dan musikal, di antaranya : ‘Night of Miracles’, ‘Born a King’, ‘No Greater Love’, ‘Carol of Christmas’, ‘Jesus Is Coming, King of Kings’, ‘Down from His Glory’ dan ‘The Last Week’. Sekitar 10.000.000 salinan kantata dan musikal ini telah diterbitkan dan dijual. Dia juga telah menyusun lebih dari 1.200 lagu, seperti ‘It Took a Miracle’, ‘Over the Sunset Mountains’, ‘So Send I You’, ‘Springs of Living Water’, ‘Heaven Came Down’, ‘Jesus Is Coming Again’ dan ‘Surely Goodness and Mercy’.
Namun demikian, dia dikenal karena lagu ‘So Send I You’ yang telah membuahkan banyak kesaksian. John Peterson sering mengatakan mengenai betapa besar kuasa dari sebuah kidung pujian dalam mengubah kehidupan seseorang. Dalam bukunya ‘The Miracle Goes On’, ia memberi contoh tentang kuasa pujian tersebut. Lagu ‘So Send I You’ (Ku Utus Kau) dipakai Tuhan untuk mengubah sikap hati dan kehidupan seorang artis. Disaksikan, walau sudah mengenal Kristus, artis tersebut sedang mengalami kebimbangan, apakah sebaiknya ia tetap menjalani karirnya sebagai artis atau menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan? Di tengah kebimbangannya, ia mendengarkan lagu ‘So Send I You’ dan ternyata pesan dalam lagu ini membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan artis tersebut. Artis tersebut berlutut dan membuat komitmen bahwa ia mau menyerahkan seluruh kehidupannya pada Tuhan. Lagu tersebut sudah menjadi jawaban atas keraguan artis itu.
Buku-buku terbitan Margaret Clarkson :
1. Let’s List¬en to Mu¬sic, 1947
2. The Creative Class¬room, 1958
3. Susie’s Ba¬bies, 1960
4. Our Fa¬ther : The Lord’s Pray¬er for Child¬ren, 1961
5. Clear Shin¬ing Af¬ter Rain, 1962
6. Chats With Young Adults on Grow¬ing Up, 1962
7. The Wond¬rous Cross, 1966
8. Rivers Among the Rocks, 1967
9. God’s Hedge, 1967
10. Grace Grows Best in Win¬ter, 1972, 1984
11. Conversa¬tions with a Barred Owl, 1975
12. So You’re Sin¬gle, 1978
13. Destined for Glo¬ry, 1983
14. All Na¬ture Sings, 1986
15. A Sing¬ing Heart, 1987
Lagu-lagu yang dikarang Margaret Clarkson (© 1966) :
1. Battle Is the Lord’s, The (© 1962)
2. Burn in Me, Fire of God (© 1962)
3. For Your Gift of God the Spir¬it (© 1960, 1976)
4. God of the Ages (© 1983)
5. Let Us Build a House of Wor¬ship (© 1984)
6. So Send I You (© 1954)
7. That’s the Name That I Love (© 1975)
8. We Come, O Christ, to Thee (© 1957)
Kesimpulan
Di sepanjang hidupnya Edit Margaret Clarkson telah mengalami berbagai bentuk penderitaan, mulai dari perceraian orangtuanya, rasa sakit fisik yang terus menerus, keuangan yang susah, kesepian dan isolasi, namun demikian hidupnya yang bergantung pada penghiburan Tuhan tersebut, telah menjadi pelajaran berharga bagi kita. ‘So Send I You’ merupakan karya Margaret terbesar dalam hidupnya karena lagu tersebut merupakan ringkasan kesaksian Margaret yang sudah melihat panggilan Allah atas hidupnya, di tempat dimana dia berada. Bahwa dia diutus untuk melayani orang lain dalam kemenangan. Tinggalkan rasa sedih dan sakitmu, layani Tuhan, di luar sana banyak orang perlu Saudara ! (Sumber : Praise #13). www.majalahpraise.com
Lagu dapat didengar di SONG
SO SEND I YOU
So send I you--by grace made strong to triumph
O`er hosts of hell, o`er darkness, death and sin,
My name to bear and in that name to conquer
So send I you, My victory to win.
So send I you--to take to souls in bondage
The Word of Truth that sets the captive free,
To break the bonds of sin, to loose death`s fetters
So send I you, to bring the lost to me.
So send I you--My strength to know in weakness,
My joy in grief, My perfect peace in pain,
To prove my pow`r, My grace, My promised presence
So send I you, eternal fruit to gain.
So send I you--to bear My cross with patience,
And then one day with joy to lay it down,
To hear My voice, "Well done, My faithful servant
Come share My throne, My kingdom and My crown!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar