Rhema Hari Ini

Minggu, 19 Oktober 2014

Conquering the servant test




Yesus adalah hamba terbesar di sepanjang sejarah. Kisah Yesus begitu menarik untuk ditelusuri. Dari sebelum kelahiranNya hingga kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.
Sosok Yesus begitu melegenda. Sosok yang bersahaja dan teladan bagi kita.
Sikap yang ditunjukkan Yesus bukan sebagai seorang bangsawan melainkan sikap seorang hamba.
Banyak tokoh dunia yang memutuskan untuk melepas jabatan hanya untuk menjadi seorang hamba, mengikuti jejak Sang Mesias.

Salah satu tokoh dunia yang kita kenal adalah Albert Schweitzer, seorang teolog, musikus,filsuf dan dokter pergi ke africa dan menjadi seorang hamba.
Tentunya juga yang tak pernah lekang dari ingatan kita adalah Mother Teresa. Mother Teresa atau Bunda Teresa yang berasal dari calcuta mengabdikan dirfinya  juga menjadi seorang  hamba.
John Graham  Lake bussinesman yang melepas kariernya dan mengabdikan dirinya untuk  melayani sebagai hamba.
Dan begitu pula dengan Saulus, seorang cendikiawan yang terpelajar lalu akhirnya mengganti nama dengan Paulus. (1Kor 9:19)Paulus menjadikan dirinya sebagai seorang hamba untuk bersaksi dan mengajar dalam nama Yesus dan memenangkan banyak jiwa.

Yesus mengajarkan kita harus seperti seorang  anak kecil dan hamba.
Seorang anak  kecil itu punya sifat yang polos 
Mengembangkan jiwa perhambaan sebab seorang hamba itu rendah hati,  Hamba itu tidak egois. Hamba itu melayani bukan dilayani.
Mari kita belajar menjadi hamba mengikuti teladan Yesus Kristus.
Tuhan Yesus  memberkati

Minggu, 17 Agustus 2014

Orang Orang Pilihan Tuhan



Shalom...
Kis 9:15. Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah,sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel."

Kadang kita tidak menyangka orang-orang pilihan Tuhan. Pilihan Tuhan berbeda dari apa yang bisa kita tebak. Pikiran manusia tentunya tidak akan pernah berpikir bahwa Saulus akhirnya akan menjadi salah satu Rasul-Nya Tuhan. Pasti pikiran kita sama seperti yang dipikirkan Ananias. Saulus?
Apa Tuhan ga salah nih memilih Saulus? Diakan seorang yang banyak melakukan kejahatan terhadap orang2 di Yerusalem. Namun apabila Tuhan sudah menetapkan, maka tak ada satu orangpun yang dapat menghindar dan menolaknya. Saudara jangan berpikir anda orang yang sangat berdosa sehingga tidak cocok dan tidak pantas untuk melakukan tugas mulia, amanat Agung Tuhan. Tuhan bisa saja memakai saudara, apapun masa lalu saudara.
Walaupun mata manusia memandang anda tidak pantas, namun tidak bagi Tuhan. Manusia melihat luar namun Tuhan melihat hati kita. Anda dan saya bisa saja dipilih Tuhan untuk bekerja diladang-Nya. Jadi jangan merasa berkecil hati karena ada sesuatu yang kelam dalam hidup saudara sehingga anda merasa tidak mungkin anda akan dipakai Tuhan.
Perbaiki hati, tinggalkan dosa masa lalu anda dan jangan pernah berbalik lagi kepada dosa lama saudara. Semerah apapun dosa kita, apabila kita mengakuinya dihadapan Tuhan dan mau meninggalkannya maka dosa kita akan dihapusNya menjadi putih seperti bulu domba.

O:)¥Є§♓ü∂ ♓∂♏∂§i∂ ߼Έ§§ γ({})ů <3

(SAS)

Jumat, 15 Agustus 2014

Pesan Tuhan dibalik Hari Hari Raya

PESAN TUHAN DIBALIK HARI-HARI RAYA (IMAMAT 23) Filed Under : Bible Secrets,Prophecies,Uncategorized by Abram Thio

Inilah waktunya bagi Jemaat TUHAN di akhir zaman, untuk memahami suatu rahasia penting yang terkandung dalam Hari-hari Raya yang TUHAN telah tetapkan. Barangsiapa bertelinga hendaklah ia mendengarkan apa yang ingin disampaikan Roh kepada jemaat-jemaat-Nya.

Di kitab Imamat Pasal 23 kita menemukan bahwa TUHAN menetapkan hari-hari raya yang harus selalu diperingati oleh bangsa Israel turun-temurun, dan hari-hari raya itu wajib diperingati setiap tahunnya pada tanggal yang tetap, tidak boleh diubah-ubah.
“Inilah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan kudus, yang harus kamu maklumkan masing-masing pada waktunya yang tetap.”  (Ima 23:4).

TUJUH HARI RAYA YANG DITETAPKAN TUHAN
Ada tujuh hari raya yang ditetapkan untuk diperingati di kitab Imamat pasal 23, masing-masing disebutkan tanggalnya, kapan hari raya itu masing-masing harus diperingati setiap tahunnya, yaitu:
  1. Hari Raya Paskah (Pesach) – 14 Nissan
  2. Hari Raya Roti Tak Beragi (HaMatzot) – 15 Nissan
  3. Hari Raya Buah Sulung (Habikkurim) – 17 Nissan
  4. Hari Raya Pentakosta (Savuot) – 6 Sivan
  5. Hari Raya Sangkakala (Rosh Hashanah) – 1 Tishri
  6. Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur) – 10 Tishri
  7. Hari Raya Pondok Daun (Sukkot) – 15 Tishri
Bila kita memperhatikan perintah ini terlihat sesuatu yang agak ganjil. Kita mengenal TUHAN kita bukanlah allah yang agamawi dan suka kita melakukan ritual-ritual tertentu, tetapi mengapa Ia memerintahkan kepada bangsa Israel untuk memperingati hari-hari yang tetap, bukan hanya mementingkan makna peringatannya? Tentu TUHAN punya suatu pesan yang penting dibalik perintah memperingati hari-hari itu secara tetap setiap tahun dari generasi ke generasi.
“Itulah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, yang harus kamu maklumkan sebagai hari pertemuan kudus… itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun… ” (Ima 23:37-41)
HARI-HARI RAYA MERUPAKAN NUBUAT
Di Perjanjian Baru, Rasul Paulus menegaskan bahwa segala peraturan mengenai hari-hari raya sesungguhnya merupakan bayangan atau nubuat dari apa yang harus terjadi di masa mendatang, yang menubuatkan peristiwa-peristiwa berkaitan dengan Kristus di zaman akhir.
“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.” (Kol 2:16-17)
Dunia merayakan hari-hari raya untuk mengingat suatu peristiwa penting yang telah terjadi di masa lampau. Misalnya, setiap bangsa merayakan hari kemerdekaannya setiap tahun, untuk memperingati peristiwa bersejarah di masa lampau, yaitu ketika para pemimpin bangsa tersebut mendeklarasikan kemerdekaan negara mereka masing-masing.
Berbeda dengan itu, hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan justru dimaksud untuk memperingatkan kita akan peristiwa-peristiwa penting yang akan terjadi di masa mendatang, dan peristiwa-peristiwa yang dimaksud adalah mengenai Kristus, kata Alkitab.

HARI-HARI RAYA YANG SUDAH DIGENAPI NUBUATNYA
Sebagai contoh, Hari Raya Pesach (Paskah Yahudi) yang biasa harus dirayakan dengan menyembelih anak domba, memang memperingati peristiwa pembubuhan darah anak domba pada jenang-jenang pintu rumah, untuk menyelamatkan orang Yahudi dari tulah maut yang menyerang anak-anak sulung di Mesir. Tetapi ternyata juga merupakan nubuat yang pada akhirnya digenapi oleh Kristus pada hari yang sama (tanggal 14 Nissan), ketika orang Yahudi memperingati hari raya itu, Yesus Kristus dibunuh sebagai korban penebus dosa umat manusia.
Begitu juga Hari Raya Roti Tak Beragi yang memperingati peristiwa di masa keluarnya bangsa israel dari Mesir membawa adonan roti tanpa ragi, sesungguhnya merupakan nubuat terbentuknya persekutuan orang-orang kudus. Setelah Yesus disalibkan, para murid mulai berkumpul di tempat yang terpisah dari orang banyak, semula mereka bermaksud bersembunyi karena takut tetapi berkembang menjadi suatu kumpulan besar dan menyebar luas menjadi gereja sampai ke seluruh dunia.
“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” (1Kor 5:7)
Hari Raya Buah Sulung (Habikkurim) juga merupakan nubuat bahwa pada tanggal 17 Nissan suatu saat akan diunjukkan Buah Yang Sulung. Hal ini digenapi pada tanggal yang sama dengan bangkit-Nya Kristus tiga hari setelah kematian-Nya. Yesus Kristus menjadi Yang Pertama yang bangkit dari kematian dan mengenakan tubuh sorgawi.
“Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal … tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.” (1Kor 15:20-23)
Demikian pula Hari Raya Pentakosta Yahudi (Shavuot), Shavuot merupakan hari peringatan turunnya Sepuluh Hukum TUHAN yang tertulis pada dua loh batu sebagai pengikat Perjanjian antara bangsa Israel dan TUHAN. Tetapi Savuot juga sekaligus merupakan nubuat bahwa TUHAN akan memberikan hukum-hukum-Nya tertulis pada loh hati manusia, melalui karunia Roh Kudus yang akan dicurahkan kepada umat-Nya.
“Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.” (1Kor 15:20)
Hari Raya Pentakosta atau Shavuot yang diperingati lima puluh hari setelah Hari Raya Buah Sulung. Jatuh setiap tanggal 6 Shivan (bulan ketiga Yahudi). Nubuatnya digenapi tepat pada saat orang Yahudi merayakannya.
“Ketika tiba hari Pentakosta (Shavuot), semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus… ” (Kisah Rasul 2:1-4)
Empat hari raya yang pertama yang jatuh pada musim Semi (Spring) di atas, telah digenapi nubuatannya. Namun ada tiga hari raya lain yang selalu diperingati pada musim Gugur (Fall) belum digenapi, karena merupakan nubuat mengenai peristiwa Kristus di akhir zaman.

TIGA HARI RAYA TERAKHIR YANG BELUM DIGENAPI NUBUATNYA
Mari kita mempelajari apa yang dipesankan TUHAN lewat tiga hari raya yang terakhir di kitab Imamat pasal 23. Tiga hari raya ini ditetapkan dalam bulan yang sama yaitu pada bulan Tishri, bulan ke tujuh kalender Yahudi.
Pada tanggal Satu bulan Tishri ditetapkan TUHAN sebagai Hari Sangkakala/Serunai (Yom Teruah/Rosh Hashanah). Pada hari itu Sangkakala peringatan untuk berbalik kepada TUHAN dikumandangkan. Pada hari Sangkakala ini umat Yahudi memperingatinya dengan memulai Sepuluh Hari Masa Berbalik (Teshuvah) sampai hari raya Pendamaian.
Pada tanggal Sepuluh bulan Tishri ditetapkan TUHAN sebagai Hari Pendamaian dengan TUHAN (Yom Kippur). Yom Kippur adalah hari raya yang paling khusuk (solemn) bagi orang Yahudi, pada hari itu TUHAN memerintahkan semua orang untuk merendahkan diri di hadapan TUHAN. Orang Israel memperingati hari Yom Kippur dengan mendedikasikan diri sepanjang hari untuk mencari perkenanan TUHAN. Pada akhir hari Yom Kippur berakhirlah masa Sepuluh Hari Teshuvah dengan terjadinya Pendamaian. Pada saat itulah juga Tahun Yobel, Tahun Pembebasan akan diumumkan setiap 50 tahun sekali.
Pada tanggal Lima Belas bulan Tishri ditetapkan TUHAN sebagai Hari Raya Pondok Daun (Sukkot). Berbeda dengan dua hari raya yang mendahuluinya yang harus diperingati dengan prihatin dan khusuk, hari raya ini harus diperingati dengan penuh suka cita dan kegembiraan.
Pada Hari Raya Pondok Daun ini, orang-orang Israel diperintahkan ‘tinggal’ di pondok-pondok ranting dan dedaunan. Perhatikanlah bahwa hal ini sangat spesifik menyangkut ‘tempat tinggal’, ini membawa kita mengingat janji Kedatangan Tuhan Yesus kembali untuk menjemput kita adalah mengenai suatu tempat tinggal di Rumah Bapa yang akan Dia sediakan bagi kita orang percaya.
“Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” (Yohanes 14:2-3)
Hari Raya Pondok Daun juga dikenal dengan sebutan lain, yaitu Hari Raya Pengumpulan Hasil/Penuaian Akhir (Chag Ha-Asif / The Feast of Ingathering). Orang-orang Israel biasa merayakan Sukkot ini sambil mengumpulkan hasil panen raya sampai malam hari, karena pada hari itu bulan akan mencapai purnama penuh (Tanggal 15 Tishri).
“…demikian juga hari raya pengumpulan hasil pada akhir tahun, apabila engkau mengumpulkan hasil usahamu dari ladang.” (Kel. 23:16b)
“Hari raya Pondok Daun haruslah kau rayakan tujuh hari lamanya, apabila engkau selesai mengumpulkan hasil tempat pengirikanmu dan tempat pemerasanmu.” (Ula 16:13)
Hal ini membuat kita mengerti bahwa Sukkot atau Hari Raya Pondok Daun merupakan nubuat berkaitan dengan Hari Kedatangan Tuhan kembali atau “Pengangkatan” orang percaya. Peristiwa “Pengangkatan” (Caught up) sering disebut juga sebagai peristiwa Pengumpulan (Gathering) yang dinubuatkan dengan Hari Raya Pengumpulan Hasil atau Hari Raya Pondok Daun ini.
“Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya (gathering – KJV) kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara…” (2 Tes 2:1)
Inilah waktunya untuk menyingkap rahasia ini kepada Jemaat Tuhan Yesus, yaitu bahwa peristiwa “Pengangkatan” orang percaya (Caught up) yang sering disebut juga sebagai peristiwa Rapture, akan terjadi pada saat yang sama ketika Hari Raya Pengumpulan Hasil atau Hari Raya Pondok Daun diperingati, yaitu pada tanggal 15 Tishri pada suatu saat yang tidak lama lagi.
Lalu, apa pesan dan nubuat yang terkandung dalam Hari Raya Sangkakala dan Hari Raya Pendamaian ?


Pesan Tuhan mengenai dua hari raya ini adalah agar kita melakukan “Teshuvah” atau “berbalik” setiap memasuki Tanggal 1 Tishri (Hari Raya Sangkakala atau Yom Teruah atau Rosh Hashanah), kita harus memperingatinya dengan melakukan Sepuluh Hari “Teshuvah” sampai Tanggal 10 Tishri (Hari Pendamaian atau Yom Kippur). Selama masa “Teshuvah” kita berbalik dari jalan kita yang melenceng dan kembali mendekatkan diri kita kepada TUHAN, sehingga pada hari raya Pondok Daun kita dapat menghadap Tuhan dengan penuh suka cita sebagai syarat memasuki Hari Raya Pondok Daun, sesuai perintah kitab Imamat.
“… kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, tujuh hari lamanya.” (Imamat 23:40)
“Teshuvah” inilah yang selalu disebut sebagai berjaga-jaga menjelang Kedatangan Tuhan. Kita harus berbalik sebelum Tuhan Yesus datang kembali, jika tidak kita tidak berada dalam keadaan layak untuk menghadap Dia.
“Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”  (Lukas 21:36)

“TESHUVAH” DI TAHUN 2012
Tahun 2012 ini, Tanggal 1 Tishri (Hari Raya Sangkakala atau Yom Teruah atau Rosh Hashanah) akan jatuh pada tanggal 17 September 2012. Dan Tanggal 10 Tishri (Hari Pendamaian atau Yom Kippur) akan jatuh pada tanggal 27 September 2012. Marilah kita melakukan Sepuluh Hari “Teshuvah” selama sepuluh hari itu, marilah melakukannya setiap tahun. Niscaya setiap memasuki Hari Raya Pondok Daun Tanggal 15 Tishri (Tahun 2012 ini jatuh pada tanggal 1 Oktober), kita layak bersuka cita di hadapan Tuhan, demikian juga suatu saat (tidak lama lagi), Hari Tuhan itu benar-benar tiba, dapat menjadi hari yang paling membahagiakan bagi kita yang senantiasa berjaga-jaga.
“Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya..” (Wahyu 16:15)

sumber : Houseofrevolution.com

Rabu, 13 Agustus 2014

Iri Hati itu "Pembunuh"



Bacaan : Daniel 6:1-28

Orang jujur akan dikenan dan dipakai dimana-mana. Tokoh Daniel yang terkenal dengan kejujuran dan kesalehannya membuat dia mendapat sebuah promosi yang tinggi oleh Raja Darius.
Raja Darius memilih Daniel sebagai salah satu pejabat penting dalam pemerintahannya. Dan Raja Darius sangat mengasihi Daniel. Orang-orang disekitar Daniel mulai timbul rasa iri didalam hati mereka sehingga timbul keinginan dan niat untuk menyingkirkan Daniel. Mereka mencari-cari cara dan upaya agar mereka dapat menemukan kesalahan-kesalahan Daniel untuk menjatuhkan Daniel dihadapan raja.
Namun mereka tidak berhasil menemukan kesalahan Daniel. Dan hal ini membuat mereka semakin marah. Karena rasa iri-lah yang mendorong mereka untuk membunuh Daniel dengan "tangan bersih".
Daniel adalah seorang yang mempunyai komitmen yang sangat tinggi, yang walaupun diperhadapkan oleh penguasa tertinggi didunia, namun Daniel bukanlah orang yang takut akan ancaman. Meskipun diancam untuk tidak menyembah Tuhannya namun Daniel tetap teguh untuk menyembah Allah-nya seperti yang biasa dia lakukan.
Orang yang "iri" tanpa disadari mereka sudah menjadi seorang "pembunuh". Didalam hati sudah timbul keinginan untuk menyingkirkan dan melenyapkan orang lain. Orang yang "iri" juga sudah "membunuh" karakter Kristus didalam dirinya. sebab buah Roh itu adalah "Kasih" bukan "Iri".

Iri hati membuat orang hatinya menjadi gelap sehingga dia tidak dapat lagi melihat kebaikan. hatinya sudah membabi buta sehingga dia akan melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan seseorang.
Didalam alkitab kita juga mendengar kisah Kain dan Habel, dimana Kain karena rasa iri akhirnya mampu menjadi seorang pembunuh. Kain membunuh Habel saudaranya sendiri.
Juga dalam Kisah Ratu Esther, dimana tokoh "Haman" seorang yang gila hormat dan kekuasaan merasa iri kepada Mordekhai sehingga Haman merancangkan sesuatu yang jahat terhadap Mordekhai.
raja Saul pun juga berkali-kali ingin membunuh dan melenyapkan Daud karena iri hati.

Siapa yang menabur, dia akan menuai. Yang menabur kejahatan akan menuai hal yang jahat juga.
Orang-orang yang ingin menjebak dan mencelakan Daniel akhirnya mereka sendiri yang merasakannya.
Disangkanya Daniel akan mati tercabik-cabik didalam gua singa, namun akhirnya mereka sendirilah yang menjadi mangsa singa-singa yang kelaparan.
Haman juga merancangkan tiang gantungan untuk Mordekhai agar Mordekhai mati diatas tiang gantungan itu, namun akhirnya Haman sendirilah yang berada diatas tiang itu.

Jangan kita biarkan rasa iri itu semakin berakar didalam kehidupan kita, sebab tanpa disadari kita akan memiliki "karakter pembunuh". kita akan menjadi seorang pembunuh, bukan dengan pedang atau pisau namun dengan pikiran, tatapan dan perkataan-perkataan kita. Dan itu tidak hanya membunuh orang lain namun membunuh diri kita sendiri. Pikiran kita mulai timbul akar kepahitan dan berbagai macam pikiran-pikiran yang tidak menenangkan jiwa kita sehingga kita menjadi stress sendiri.
Jangan biarkan karakter Kain,Haman dan Saul ada didalam diri kita, namun kita harus semakin kuat membangun karakter Kristus didalam kehidupan kita.

Amsal mengatakan:  Hati yang tenang menyehatkan badan; iri hati bagaikan penyakit yang mematikan (Ams 14:30).

Yeshua Hamasia Bless us


(SAS)

Minggu, 10 Agustus 2014

Promosi dari Tuhan



Sungguh suatu kebanggaan apabila ditempat kerja kita, kita dipromosikan atasan kita untuk menduduki suatu jabatan yang lebih tinggi lagi. Tentulah promosi itu tidak datang begitu saja. Ada kriteria dan penilaian-penilaian yang dirangkum sehingga kita menjadi layak untuk dipromosikan. Dari kerja keras,disiplin,dedikasi dan loyalitas yang baik pada perusahaan sehingga kita dapat menerima yang terbaik. Bagaimana dengan Promosi yang ditawarkan Tuhan? Bukankah ini jauh lebih membanggakan lagi? Kala Tuhan mempromosikan diri kita tentunya juga berdasarkan dari kriteria dan penilaian-penilaian Tuhan terhadap kita. Apakah kita sudah cukup memiliki kriteria yg baik dihadapan Tuhan? Apakah kriteria-kriteria yg Tuhan kehendaki ? Yaitu :

1. Sangkal diri.
Kita membuang segala kedagingan kita. Kita keluar dari zona nyaman kita. Memilih melakukan hal yang jauh dari kebiasaan-kebiasaan lama kita
2. Pikul Salib.
Kita rela dan mau berkorban. Korban uang,waktu dan tenaga untuk melakukan segala kehendak Bapa
3. Intimasi dengan Allah
Orang yang dipromosikan pastilah harus mengadakan pendekatan dengan atasannya sehingga atasannya dapat mengenalnya dan melihat pekerjaannya, demikian juga kita harus mengadakan pendekatan atau memiliki relasi khusus dengan Allah sehingga Allah dapat mengenal qta dan melihat hasil dari buah-buah Roh kita.
4. Tau Firman
Sebelum melangkah, kita harus tau dulu peraturan atau pedoman yg berlaku pd suatu perusahaan. Sebagai orang kristen, kita memiliki sebuah pedoman,yaitu Firman Allah. Kita mesti tau isi dari Firman Allah tersbt yang akan menuntun kita untuk menjadi pelaku Firman.
5. Pelaku Firman
Bukan hanya sekedar baca dan tahu dan berhenti sampai disitu saja namun kita harus berjalan berdasarkan pedoman hidup kita. Kita harus menjadi pelaku firman, bukan hanya pendengar firman saja tetapi menjadi Pelaku Firman. Praktekkan apa yg menjadi teori dalam setiap isi dari firman tsb.
6. Kasih
Lakukan semua itu dengan ketulusan dan penuh kasih. Sebab tanpa Kasih, semuanya hanya bagai gong yang bergemerincing saja. Semuanya akan sia-sia saja.

Inilah kriteria-kriteria "Promosi Surga"

O:)¥Є§♓ü∂ ♓∂♏∂§i∂ ߼Έ§§ γ({})ů <3

(SAS)

Sabtu, 09 Agustus 2014

Minyak seorang Janda ( 2 Raja-raja 4 :1-7 )



Salah seorang dari istri-istri para nabi mengadukan halnya kepada Elisa, sambil berseru:"Hambamu, suamiku, sudah mati dan engkau ini tahu, bahwa hambamu ini takut akan Tuhan. tetapi sekarang,penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya. Jawab Elisa kepadanya:"apakah yang dapat aku perbuatbagimu? beritahukanlah padaku apa-apa yang kamu punya dirumah!" Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun dirumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.". Lalu berkatalah Elisa:" pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, daripada segala tetanggamu,bejana-bejana kosong,tetapi jangan terlalu sedkit. kemudian masuklah, tutuplah pintu sesudah engka dan anak-anakmu masuk, lalu tuanglah minyak itu kedalam segala bejana. Mana yang penuh, angkatlah!" Pergilah perempuan itu daripadanya; ditutupnyalah pintu sesudah ia dan anak-anaknya masuk; dan anak-anaknya mendekatkan bejana-bejana kepadanya, sedang ia terus menuang.Ketika bejana-bejana itu sudah penuh,berkatalah perempuan itu kepada anaknya,:"dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya;"tidak ada lagi bejana" Lalu berhentilah minyak itu mengalir. kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah, dan org ini berkata:" Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu.
Janda itu datang ke tempat yang benar. ke Hamba Allah, bukan kepada dukun atau paranormal. Tapi Tuhan tidak hanya akan memberi mujizat begitu saja, tapi Dia ingin kita punya usaha "DO SOMETHING" dulu baru mujizat itu diberikan. Janda itu disuruh berusaha untuk mencari bejana yang kosong, lalu disuruh wanita itu untuk pergi menjual minyak itu. Tuhan bisa saja langsung memberi uang tapi Tuhan ingin kita "DO SOMETHING " dulu. Kita berusaha dulu, maka mujizatNya akan menjadi nyata.
Di point selanjutnyamujizat terjadi dengan adanya persatuan dan kerjasama dalam kisah ini. Sang anak dan ibu satu kesatuan, sebuah team work, bekerja sama mancari bejana dan mengisi bejana yang kosong. Jadi tuk mendapat mujizat, kita tidak boleh egois, harus bisa bekerja sama dalam satu team work.
Mujizat terjadi jika kita menghargai mujizat itu.
Mujizat terjadi dengan kerendahan hati.
Jika saja sang janda itu gengsi untuk pergi minta-minta bejana kosong ke tetangga-tetangganya, maka dia tidak akan mendapat mujizat..
Mujizat akan terjadi, bila ada masalah. Jadi jangan takut kalau ada masalah karena ditengah-tengah masalah akan ada mujizat.
Tuhan memberkati.

By; S. Hoky

Jumat, 08 Agustus 2014

Moment To Build



Sebagai pengikut Kristus, kita harus senantiasa hidup didalam kasih Kristus sebagaimana Kristus sendiri telah memberikan "Grace"nya pada kita. Oleh sebab itu kita yang sudah menerima kasih Kristus maka kita wajib meng-impartasikan kepada yang lainnya. Gal 6:10 dikatakan mari saling membantu kepada siapa saja, terutama kepada kawan2 kita seiman.
Kita harus saling membangun karena :
1. Perintah Tuhan
Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan (1Tes 5:11)
-Tuhan menginginkan kita untuk saling menasihati, bukan saling menjatuhkan, bukan saling mencela, tetapi saling menasihati didalam Tuhan. Dan dengan saling menasihati, ada dorongan untuk saling membangun

2. Kita mengejar damai sejahtera.
Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (Rom 14:19)
-Jika kita saling membantu, saling mendukung dan saling membangun pasti kita akan selalu mengalami damai sejahtera. Dengan menolong sesama kita akan merasa sukacita yang melimpah.

3. Ada kekuatan besar
Dari hari ke hari orang datang kepada Daud untuk membantu dia sehingga mereka menjadi tentara yang besar, seperti bala tentara Allah.(1 Taw 12:22)
Ketika Daud di Hebron menghadapi Saul, banyak suku2 yang membantu Daud. Mereka semua turun tangan dan saling membantu, saling membangun sehingga Daud menjadi kuat dan berhasil menjadi raja menggantikan Saul. Dengan adanya unity, satu kesatuan maka kekuatan kita menjadi besar.
Contoh sapu lidi. Jika dia bersatu dlm 1 ikatan, maka Τϊϑªќ mudah mematahkannya.
Karena itu marilah kita saling membangun didalam Kristus agar semua jemaat anggota tubuh Kristus dapat bersatu menjadi tubuh yang sempurna dimana Kristus yang menjadi kepalanya. YHbu

By : S.Hoky

Kamis, 07 Agustus 2014

Esther, sang Cinderella



Banyak tokoh-tokoh Alkitab yang saya kagumi. ada Bapa Abraham " Sahabat Allah ", Yusuf " Sipemimpi ", Ruth "menantu yang setia", dan Ether "cinderella zaman dulu". Kisah-kisah mereka sangatlah menarik. Saya sangat terkesan dengan semua kisah mereka. Esther, yang mulanya bukan siapa-siapa, akhirnya diangkat menjadi seorang ratu. seperti dongeng cinderella bukan?? Esther itu hanya seorang wanita biasa-biasa saja. Dia diasuh oleh pamannya, Mordekhai. Mordekhai bukanlah seorang yang kaya, mereka hidupnya biasa-biasa saja. Esther sangat patuh dan mau dengar-dengaran sehingga akhirnya dia dibawa masuk kedalam istana untuk di karantinakan (maklum, untuk pemilihan seorang ratu dan selir, mereka harus menjalani banyak tahap agar kelak pada saatnya mereka harus menghadap kaisar, mereka terlihat anggun dan wangi, jadi proses buat luluran, mandi wangi-wangian dan yang lainnya memakan waktu yang cukup lama). Dan saya amat sangat yakin, begitu banyaknya wanita dari segala kasta yang ikut masuk kedalam istana untuk dapat terpilih menjadi seorang ratu pengganti ratu Wasti yang dibuang oleh raja karena tidak patuh kepada panggilan raja.
Dari sekian banyaknya wanita-wanita yang terkumpul itu, pastilah banyak yang lebih cantik, lebih terpelajar dari Esther. Namun karena kepatuhan Esther, maka dia menjadi kesayangan sida-sida istana. akhirnya Esther terpilih untuk menggantikan Wasti untuk menjadi seorang ratu.
Setelah menjadi seorang ratu, Esther tidak menjadi lupa diri, tidak menjadi seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Walaupun sudah menjadi seorang ratu, Esther tetap rendah hati.
Dia tetap mau dengar-dengaran dan tetap hormat kepada pamannya. bahkan sebagai seorang ratu yang sudah memiliki segalanya, harta, dan kekuasaan, Ratu Esther tetap mau berpuasa.
Sungguh Esther sangatlah bersahaja. Akankah kita bisa memiliki sikap seperti sang Ratu Esther?
inti dari semua tokoh-tokoh diatas adlh "Kerendahan hati dan Ketaatan". 2 kunci besar yang akan membawa banyak dampak positif bagi hidup kita. Mari kita mengikuti jejak mereka, yaitu mau merendahkan hati dan taat pada Kristus.
Haleluyah

By; S.Hoky

Senin, 04 Agustus 2014

Kuasa Di Balik Pujian

Kuasa Di Balik Pujian
          (Mazmur 22:4), Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
Kehidupan manusia tidak hanya bisa “terpuaskan” dengan pemenuhan kebutuhan fisik dan jiwani saja. Manusia juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan rohani. Berdoa dan memuji menyembah  Sang Pencipta pastinya sudah menjadi kebutuhan orang Kristiani. Seperti apa yang tertulis di Kitab Mazmur tersebut bahwa Allah Yang Kudus bersemayam dan bertahta di atas puji-pujian umatNya. Ketika umat Tuhan memuji Dia lewat pujian penyembahan, firman Tuhan berkata bahwa pada saat yang sama Tuhan akan bertahta di atas pujian penyembahan umat-Nya. Kehadiran Tuhan itu pasti membawa suatu dampak yang luar biasa. Coba kembali renungkan peristiwa sekitar 2000 tahun yang silam saat dimana Tuhan Yesus berada dimanapun selalu ditandai dengan penyataan mujizat dan berbagai perbuatan-perbuatan ajaib Allah yang mentakjubkan.
         Banyak orang sakit dan cacat (buta, kusta, timpang sejak lahir, kerasukan setan, dan lain sebagainya) mengalami kesembuhan dan mujizat pemulihan di saat berjumpa dengan Tuhan Yesus. Sayangnya masih ada sebagian orang kristen yang beranggapan bahwa ini semua peristiwa “masa lampau”. Padahal perjumpaan dengan Tuhan masih bisa dialami di zaman ini. Dan salah satunya adalah lewat pujian dan penyembahan.
Ketika umat Tuhan menyembah Dia maka ada kuasa Allah yang dilepaskan dari Sorga. Beberapa di antaranya adalah:
1. KUASA GELAP DILUMPUHKAN
            (Mazmur 149:6-9),
Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka, untuk melakukan pembalasan terhadap bangsa-bangsa, penyiksaan-penyiksaan terhadap suku-suku bangsa, untuk membelenggu raja-raja mereka dengan rantai, dan orang-orang mereka yang mulia dengan tali-tali besi, untuk melaksanakan terhadap mereka hukuman seperti yang tertulis. Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya. Haleluya!
          Di saat umat Allah memuji dan menyembah Allah dengan benar, firman Tuhan berkata bahwa pada saat yang sama pula kita sedang membelenggu dan melumpuhkan kuasa-kuasa kegelapan. Suku-suku bangsa yang dimaksud dalam ayat di atas bukanlah manusia biasa. Tetapi mereka adalah penghulu kerajaan kegelapan, itulah Iblis dan pesuruh-pesuruhnya. Karena untuk menghadapi mereka tidak dibutuhkan senjata-senjata secara fisik tetapi kuasa Allah. (2 Korintus 10:4), Karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Dan salah satunya adalah lewat pujian dan penyembahan. Ketika umat Allah memuji dan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, maka benteng-benteng musuh rohani di runtuhkan. (1 Samuel 16:23), Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya. Setiap kali Daud memainkan kecapinya dalam pujian dan penyembahan, maka roh jahat yang “biasa” menguasai Saul dihalau keluar dari padanya. Hal yang serupa pernah dialami oleh seorang anak Tuhan yang di saat memuji dan menyembah Allah dengan permainan gitarnya yang tidak terlalu profesional, namun tujuh orang pemuda dibebaskan dari kuasa gelap yang mencengkeram hidupnya.
          Bisa dibayangkan bagaimana indahnya kehidupan (pribadi maupun keluarga) apabila kita hidup dalam suasana pujian dan penyembahan setiap hari. Yang pasti area kita akan “steril” dari pengaruh kuasa kegelapan.
2. MENERIMA INSPIRASI ALLAH
            
(2 Raja-Raja 3:15-19), Maka sekarang, jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi.” Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia. Kemudian berkatalah ia: “Beginilah firman TUHAN: Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit, sebab beginilah firman TUHAN: Kamu tidak akan mendapat angin dan hujan, namun lembah ini akan penuh dengan air, sehingga kamu serta ternak sembelihan dan hewan pengangkut dapat minum. Dan itu pun adalah perkara ringan di mata TUHAN; juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu. Kamu akan memusnahkan segala kota yang berkubu dan segala kota pilihan; kamu akan menumbangkan segala pohon yang baik; kamu akan menutup segala mata air dan kamu akan merusakkan segala ladang yang baik dengan batu-batu.” Di tengah-tengah menghadapi situasi kekurangan air dan kepungan musuh-musuh yang hebat, Yosafat meminta sekutunya raja Israel untuk mencari nabi Tuhan. Ketika mereka berjumpa dengan Elisa, nabi Tuhan pada waktu itu, mereka diperintahkan untuk mencari pemaian kecapi. Tujuannya? Untuk mempersembahkan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Dan heran, ketika pemain kecapi ini memainkan musik pujian dan penyembahan kepada Tuhan, inpirasi turun ke atas nabi Tuhan. Lewat inspirasi yang turun ini, mereka mendapat pentunjuk dalam mengatasi situasi sukar yang sedang mereka hadapi. (2 Raja-Raja 3:18), Dan itu pun adalah perkara ringan di mata TUHAN; juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu. Bagi Tuhan tidak ada satupun perkara sukar yang tidak bisa dipecahkannya dengan mudah. Semua perkara mudah bagi Allah. Betapa indahnya hidup yang mengandalkan kemampuan Allah yang ekstra ordinari ini. Karena itu jadikan peujian dan penyembahan sebagai gaya hidup sehari-hari. Orang yang hidup dengan gaya hidup seperti ini tidak akan kekurangan hikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ingatlah hikmat Allah turun atas Salomo setelah ia mempersembahkan korban bakaran kepadaNya (1 Raj. 3:4-5, 12). Pujian dan penyembahan adalah sebuah persembahan yang sangat memperkenankan hati Tuhan. Ketika umat Tuhan mempersembahkan pujian dan penyembahan, maka hikmat Allah akan turun dengan limpahnya atas kita.
3. ALLAH BERPERANG GANTI KITA
             (2 Tawarikh 20:21-22),
Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya!" Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat TUHANlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah. Dua ayat di atas jelas mengatakan ketika umat Tuhan menaikkan pujian dan penyembahan maka Tuhan mengadakan penghadangan terhadap musuh-musuh umatNya. Dengan kata lain, ketika memuji dan menyembah Allah, maka Ia siap berperang ganti kita. Cara Tuhan berperang jelas berbeda dengan cara kita. Cara Tuhan berperang itu begitu efektif dan meraih hasil yang besar. Musuh-musuh yang ditakuti oleh Yosafat dan raja Israel dikalahkan dengan mudah tanpa keterlibatan Yosafat dan “sekutunya”. Mengapa Tuhan senang kita menaikkan pujian dan penyembahan dikala kita sedang menghadapi situasi yang sulit?. Jawabannya sederhana, supaya kita tidak terjebak dengan persungutan (1 Kor. 10:10) atau perkataan-perkataan negatif lainnya.
             
(Ayub 34:36), Ah, kiranya Ayub diuji terus-menerus, karena ia menjawab seperti orang-orang jahat!. Lamanya ujian yang dihadapi oleh Ayub amat ditentukan oleh sikap dan perkataan-nya. Tidak disangkali tidaklah mudah menghadapi situasi sukar yang dialami oleh Ayub (bayangkan dalam satu hari, ia bukan hanya kehilangan harta bendanya, tetapi juga disertai kematian sepuluh anak kesa-yangannya, masih ditambah lagi penyakit kulit yang ia alami secara mendadak, ditinggalkan oleh istrinya, semua dalam waktu yang hampir bersamaan. Namun per-hatikan selama ia belum bersikap dan berkata dengan benar, maka ia belum lulus dalam ujiannya. Berarti, ia masih akan terus “Berputar-putar” dalam ujian sama yang amat ia tidak sukai. Kenali prinsip ini, supaya di saat berhadapan dengan ujian atau berbagai kesukaran lainnya, kita tidak bersikap dan berkata yang kontraproduktif. Firman Tuhan mengajarkan naikkan pujian dan penyembahan di tengah-tengah situasi sulit apapun. Hasilnya justru akan membuat kita terkagum-kagum.
4. MENARIK JIWA-JIWA DATANG KEPADA DIA
               (Mazmur 40:4),
Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN. Satu lagi dampak dasyat dari pujian dan penyembahan yang tidak kalah pentingnya, ketika kita memiliki gaya hidup memuji dan menyembah Allah, maka kuasa Tuhan akan nyata dalam menarik orang datang kepadaNya lewat kehidupan kita (Yoh. 12:32) (Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu). Tidak satupun orang bisa datang dekat kepada Bapa jika bukan Roh Allah yang menariknya. Jangan pernah mencoba “menobatkan” mengubah orang dengan kekuatan manusia kita. Perubahan hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan. Kuasa Allah akan menarik orang datang kepadaNya melalui kehidupan yang memberikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Ini berarti orang yang hidup dalam pujian dan penyembahan akan berbuah-buah secara rohani. (Dari Berbagai Sumber / Vido Fransisco)

Don Moen

God Will Make A Way (Dia Buka Jalan) (Don Moen)


            Dalam dunia musik rohani, Don Moen telah menjadi penyanyi yang sukses dengan puluhan album, seperti ‘Thank You Lord’, ‘Arise’, ‘Give Thanks’, ‘Hiding Place’, dan masih banyak lagi. Ratusan lagu yang ditulis Don Moen kebanyakan didasari dari pengalaman hidup dan pelayanannya bersama Tuhan, seperti halnya dengan lagu ‘God Will Make A Way’. Rupanya ada kisah menarik di balik penciptaan lagu yang sudah diterjemahkan dengan judul ‘Dia Buka Jalan’ ini.
            Lagu ini diciptakan Don Moen setelah tragedi yang dialami keluarganya. Pada suatu malam Don Moen menerima kabar lewat telepon bahwa adik iparnya telah kehilangan putra sulungnya dalam suatu kecelakaan mobil. Kisah tersebut berawal dari Craig dan Susan Phelps dan keempat anak mereka sedang dalam perjalanan dari Texas ke Colorado. Tiba-tiba mobil mereka ditabrak oleh truk kontainer. Pada saat tabrakan semua anak mereka terlempar keluar dari mobil. Hanya mereka berdua saja yang masih berada di dalam mobil.               
            Dengan susah payah, mereka mencari keempat anak mereka dan mengumpulkannya di suatu tempat. Keempat anak mereka mengalami luka parah, bahkan Craig -yang adalah seorang dokter- sedih ketika mendapati Jeremy, yang telah meninggal karena patah leher, sehingga tak ada lagi yang dapat dilakukan untuk menolongnya.
            Sewaktu Don Moen menerima kabar tersebut beberapa jam kemudian ia berkata : "Saya merasa terguncang, tapi besok saya harus terbang ke kota lain untuk melakukan rekaman sesuai dengan jadwal yang telah diatur beberapa minggu sebelumnya. Sekalipun mereka berduka, saya tak dapat bersama mereka sampai satu hari sebelum pemakaman”. Dalam penerbangan pagi itu Tuhan memberi suatu inspirasi baginya satu lagu baru dengan syair sebagai berikut, “God will make a way where there seems to be no way. He works in ways we cannot see, He will make a way for me. (Dia buka jalan saat tampaknya tiada jalan. Dengan cara yang tak terlihat, Dia buka jalan bagiku)”. Lagu ini didasarkan pada Yesaya 43:19 : “Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh. Belumkah kamu mengetahuinya? Ya, aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara”.
             Di kemudian hari Susan menulis : “Kami melihat kebenaran dari ayat tersebut”. Sewaktu teman-teman Jeremy mengetahui bahwa ia telah menerima Kristus sebelum ia meninggal, mereka mulai bertanya-tanya kepada orang tuanya masing-masing tentang suatu jaminan untuk masuk Surga sewaktu mereka meninggal. Kecelakaan itu juga membawa berkat terselubung bagi Craig dan Susan, karena sejak peristiwa itu hubungan mereka dengan Tuhan semakin meningkat bahkan mereka memutuskan untuk melayani-Nya.
             Susan juga menceritakan : “Di hari kecelakaan itu sewaktu keluar dari mobil untuk menolong anak saya, saya melihat bahwa putra sulung saya telah meninggal. Saat itu pula, saya sering marah dan mengalami kepahitan. Namun, saya secara total menerima semua rencanaNya. Saya pun melihat buah dari semua pilihan itu secara terus menerus. Saya rasa bahwa kematian putra saya tak sia-sia. Saat saya mengetahui, di kemudian hari begitu banyak jiwa yang datang pada Tuhan karena tragedi ini. Benar ! Ia telah membuka jalan bagi kami sekeluarga”.
             Setelah lagu ‘God Will Make A Way’ direkam, Don Moen menerima begitu banyak telepon, surat dan sharing yang menyatakan bahwa lewat lagu itu Tuhan telah menolong mereka keluar dari situasi yang begitu terpuruk sehingga memberi mereka kekuatan, iman dan harapan baru untuk menghadapi rasa kehilangan yang dialami. Melalui kesaksian ini membuktikan bahwa Tuhan tidak pernah kehabisan cara untuk menolong umatNya.
             Don Moen dilahirkan di Minnesota, USA pada 20 Juni 1950. Ia telah banyak memberkati bangsa-bangsa melalui lagu-lagu yang ditulisnya. Tidak hanya di negerinya sendiri, tapi ia juga banyak memberikan kontribusi dalam dunia musik Indonesia. Karena baginya, menjadi seorang penyembah sejati adalah seorang yang selalu mendahulukan kepentingan Tuhan, bukan hanya soal musik.
             Kesuksesannya dimulai tahun 1984, ketika Integrity Music memintanya untuk memimpin pujian di salah satu album Hosannanya yang pertama, ‘Give Thanks’. Proyek ini menjadi salah satu album yang paling populer dari Integrity Record. Don akhirnya bergabung dan menjabat sebagai President Integrity Music dan Eksekutif Vice President / Direktur Kreatif untuk Integrity Media, sebuah perusahaan komunikasi dan rekaman ternama di Alabama, mulai Oktober 1988 sampai Desember 2007.    
             Akhir tahun 2007, Don Moen memutuskan untuk meninggalkan jabatannya di Integrity Music. Ini adalah keputusan yang sulit. Bagaimana tidak, di usianya yang sudah 60 tahun ini, ia menyadari kalau ternyata dirinya sangat sibuk dengan hal-hal yang sifatnya administratif. Dan hal inilah yang telah mendorongnya untuk meluncurkan banyak album baru di usia senjanya. (Kisah selengkapnya dapat dibaca dalam buku Story Behind The Song terbitan Yis production) / (Sumber : Praise #4).
Lirik & chord lagu nya dapat dilihat di SONGS
 GOD WILL MAKE A WAY
God will make a way
Where there seems to be no way
He works in ways we cannot see
He will make a way for me
He will be my guide
Hold me closely to His side
With love and strength for each new day
He will make a way He will make a way
By a roadway in the wilderness He`ll lead me
And rivers in the desert will I see
Heaven and earth will fade
but His Word will still remain
He will do something new today
DIA BUKA JALAN
Dia buka jalan Saat tiada jalan
Dengan cara yang ajaib Dibukanya jalanku
Dia menuntunku  Dan memeluk diriku
Dengan kasih dan kuasaNya Dia buka jalan
Di belantara Dia tetap menuntunku
Sungai di gurun aku temui
Langit bumi `kan lenyap
Tapi firmanNya tetap
Saat ini Dia buka jalan

Jumat, 01 Agustus 2014

Adelaide Addison Pollard, 1862-1934

Have Thine Own Way, Lord (Jadilah Tuhan KehendakMu) (Adelaide Addison Pollard, 1862-1934)


           Pernahkah Saudara merasa kecewa karena kerinduan Saudara tidak terkabulkan? Padahal kerinduan tersebut sangatlah mulia. Sudah bertanya kepada Tuhan, tetapi belum mendapat jawaban yang diinginkan. Akhirnya tiba pada keputusan : “Apakah saya perlu memaksakan kehendak saya atau berserah kepada pimpinanNya?” Hal itu mirip dengan kisah Adelaide Addison Pollard, seorang pengarang lagu hymne dan gospel.
           Adelaide adalah seorang wanita yang punya keinginan yang kuat. Banyak pendapat dan apa yang dilakukannya kadang bertentangan dengan cara berpikir dan yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang Kristen. Namun demikian, Pollard memiliki satu hal yang sama dengan Saudara-saudara seimannya yaitu ia sungguh ingin supaya kehendak Tuhanlah yang terjadi dalam hidupnya. Keinginannya itu pernah diungkapkannya dalam sebuah nyanyian rohani, yang kini telah menjadi salah satu lagu yang memberkati banyak umat Kristen di seluruh dunia, khususnya dalam hal penyerahan diri. Lagu tersebut diberi judul ‘Have Thine Own Way, Lord’ (Jadilah Tuhan KehendakMu).
 MENGIKUTI JALANYA SENDIRI
           Adelaide dilahirkan pada tanggal 27 November 1862, di Bloomfield, Iowa, Amerika Serikat. Sejak kecil, wanita yang banyak mengarang lagu Hymne dan Gospel ini rupa-rupanya tidak begitu menghiraukan nasihat orang lain. Ia lebih suka mengikuti jalannya sendiri. Bahkan nama Sarah Addison Pollard yang diberikan oleh orang tuanya itu tidak berkenan di hatinya. Malah ia mengganti namanya menjadi Adelaide Addison Pollard.
           Nona Adelaide yang keras kepala itu memang memperoleh pendidikan yang cukup baik di Denmark, Iowa dan Valparaiso, Indiana. Ia juga bersekolah di The Boston School of Oratory (sekolah pidato) di Boston dan di The Moody Bible Institute (sekolah Alkitab) di Chicago, Illinois. Kemudian pada tahun 1880 ia pindah ke Chichago, Illinois dan menjadi guru di beberapa sekolah perempuan di kota tersebut. Ia sangat terkenal sebagai guru Alkitab. Baik Adelaide maupun seluruh keluarga Pollard adalah orang-orang Kristen yang saleh. Namun setelah ia dewasa, Adelaide Pollard jarang bertemu lagi dengan sanak saudaranya. Mungkin penyebabnya ialah karena ia selalu tertarik pada aliran-aliran Kristen yang oleh orang lain dianggap ‘sekte yang aneh-aneh’. Pernah selama beberapa waktu Adelaide mensupport seorang penginjil John Alexander Dowie yang mengutamakan penyembuhan Illahi. Alexander Dowie menyatakan dokter dan obat-obatan sebagai kejahatan dan melarang anggota jemaat untuk memakainya. Alkohol dan tembakau juga dilarang. Menurut kesaksiannya sendiri, Adelaide Pollard disembuhkan dari penyakit kencing manis (walau pada hakekatnya kesehatannya itu tetap kurang stabil). Kemudian ia beralih kepada seorang penginjil lainnya Stanford, yang mengutamakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Nona Adelaide bekerja sama dengan penginjil itu untuk mengumpulkan dana agar dapat ikut serta dengan suatu rombongan utusan Injil ke benua Afrika. Tetapi usahanya itu gagal.
           Dengan kerinduan yang masih terpendam itu, Adelaide Pollard mulai mengajar di sebuah sekolah tinggi tempat latihan untuk para calon utusan Injil di Nyack-Hudson. Baru pada waktu ia sudah setengah umur, akhirnya dapat jadi juga pergi ke Afrika. Tetapi ia hanya sempat melayani di sana selama beberapa bulan saja. Pecahnya Perang Dunia I, memaksanya mengungsi ke negeri Skotlandia. Seusai perang, barulah ia dapat pulang ke negeri asalnya, Amerika. Namun kesehatannya yang makin memburuk cukup menjadi penghalang untuk bekerja sepenuhnya. Sepanjang hidupnya, bahkan pada waktu ia sudah mulai berusia lanjut, Nona Adelaide terus mengembara sambil mengabarkan Injil dan mengajarkan isi Alkitab. Hanya pada saat kondisi badannya lemah saja, ia pulang ke keluarganya, sampai kesehatannya agak pulih kembali, dia baru pergi lagi.
            Menjelang Natal tahun 1934, ketika umurnya 72 tahun, Adelaide Pollard yang sakit-sakitan, pergi ke stasiun di New York untuk  membeli sehelai karcis kereta api, karena hendak pergi ke Philadelphia untuk berperan serta di kebaktian gereja di sana. Tetapi wanita yang sudah tua itu jatuh sakit ketika menunggu kereta api dan batal ke Philadelphia. Karena sakitnya itu, akhirnya Adelaide A. Pollard meninggal pada tanggal 20 Desember 1934, ketika itu ia berada di London, Inggris dan di kuburkan di Elmwood Cemetery, Fort Madison, Iowa.
 MENGIKUTI JALAN TUHAN
            Mungkin cara hidup Adelaide A. Pollard itu boleh dianggap agak aneh. Namun demikian, sebenarnya ia adalah seorang wanita Kristen yang rajin dan setia dalam melayani Tuhan. Dalam beberapa hal ia memang bersikeras mengikuti jalannya sendiri. Tetapi dalam hal yang sungguh berarti, ia selalu berusaha mengikuti jalan Tuhan. Adelaide, sama seperti ibunya dulu, suka mengarang syair-syair rohani. Walaupun ia sendiri tidak tahu berapa banyak karangannya, karena ia tidak pernah mengharapkan apalagi minta imbalan untuk karya-karyanya itu. Bahkan ia tidak suka membubuhi namanya pada semua hasil karyanya. Sebagian besar tulisan-tulisannya ditandatangani hanya dengan inisial A.A.P. Ada yang menghitung lebih dari 100 lagu Hymne dan lagu Gospel telah dibuatnya. Satu di antaranya adalah lagu ‘Have Thine Own Way, Lord’.
            Ketika Adelaide memiliki beban besar bagi Afrika, ia ingin sekali pergi ke sana sebagai misionaris. Tetapi dana yang dibutuhkan tidak mencukupi. Ia merasa sedih sekali dan pada waktu hatinya diliputi rasa kecewa, ia menghadiri suatu pertemuan doa. Hadir juga pada saat itu seorang wanita Kristen yang sudah lanjut usianya. Nah, isi doa orang tua tersebut lah yang menginspirasikan Adelaide Pollard untuk mengarang lagu ‘Have Thine Own Way, Lord’.
            Permohonan yang sederhana itu sangat berkesan di hati Adelaide Pollard. Ia merasa terdorong untuk memperbarui penyerahan dirinya kepada Tuhan. Kalau memang bukan kehendak Tuhan supaya ia pergi ke Afrika, maka hal itu tidaklah menjadi soal. Buku Story Behind The Songs terbitan Yis Production menjelaskan lebih lengkap berikut foto-fotonya.
            Sepulangnya dari pertemuan doa itu, Adelaide membuka Alkitab dan membaca Yeremia 18:3-4 : “Pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya”. Ayat tersebut memberikan kepada Adelaide Pollard suatu pandangan yang baru : “Rupa-rupanya hingga kini Tuhan telah membentuk hidupku, seperti tanah liat di dalam tanganNya. Tetapi mungkin kemauan keras hendak pergi ke Afrika itu telah membuat hidupku rusak, sehingga Tuhan harus membentuknya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangan-Nya”. Cukup lama Adelaide merenungkan kata-kata itu. Ketika dia memahami, rasa damai menenangkan jiwanya. Pada malam itu juga ia mengambil kertas dan menulis keempat bait dari nyanyian ‘Have Thine Own Way’ seperti yang dinyanyikan umat Kristen hingga sekarang.
DINYANYIKAN PERTAMAKALI TAHUN 1907
            Beberapa waktu kemudian, syair-syair lagu yang dibuat Adelaide A. Pollard itu dilengkapi melodinya oleh George Coles Stebbins, salah satu musisi Injil terkemuka abad ini. Ia dilahirkan pada 26 Februari 1846, di negara bagian Orleans County, New York, Amerika Serikat. Pada umur 13 tahun ia sempat mengikuti suatu kursus musik di Buffalo dan Rochester, New York, kemudian menjadi guru vocal. Pada tahun 1869 ia pindah ke kota besar Chicago, Illinois yang menandai awal karir musiknya. Di sana ia bergabung dengan perusahaan musik ‘The Ly­on and Hea­ly’ sebagai anggota staf dan merangkap menjadi direktur (pemimpin) musik di Gereja Baptis Pertama tahun 1870. Selama di Chicago itu ia berkenalan dengan para pemimpin yang berkecimpung dalam musik gereja, antara lain : Dwight L. Moody, Ira D. Sankey, George Root dan juga dengan Philip P. Bliss dan Mayor D.W. Whittle.
            Pada usia 28 tahun, Stebbins pindah ke Boston, Massachusetts dan menjadi direktur musik di Gereja Baptis Claredon Street, dimana yang menjadi pendetanya adalah Dr. Adoniram J. Gordon. Dua tahun kemudian yaitu tahun 1876, Stebbins menjadi direktur musik di Tremont Candi di Boston. Setelah beberapa tahun menjadi pemimpin musik di gereja yang besar, pada musim gugur ia mengundurkan diri. Kemudian ia menjadi pemimpin musik dalam kampanye-kampanye kebangunan rohani yang diadakan bukan hanya di Amerika, melainkan juga di Eropa dan Asia. Di samping itu, ia pun mengarang beratus-ratus lagu rohani.
            Pada musim gugur tahun 1890, ia bersama Elma Miller, istrinya  dan juga anaknya, pergi ke India untuk bekerja di antara penduduk yang berbahasa Inggris dari negara itu. Selama mereka tinggal di sana, Stebbins dan istri serta anak mereka memberi pelayanan musik di beberapa kota utama negara itu. Sekitar tahun 1900, Stebbins menghabiskan tahun-tahun hidupnya sebagai penginjil di India, Mesir, Italia, Palestina, Perancis dan Inggris.
            Baru pada tahun 1907 George C. Stebbins menerbitkan salah satu dari beberapa buku kumpulan nyanyian pujian yang pernah disusunnya. Untuk koleksi yang baru itu, ia mengarang sebuah melodi yang digabungkannya dengan sebuah syair karangan Adelaide A. Pollard. Maka terbentuklah ‘Have Thine Own Way‘ yang telah menjadi salah satu lagu favorit umat Kristen sampai saat ini, baik di Indonesa maupun di beberapa negara lainnya.
            Stebbins meninggal pada 6 Oktober 1945, di kota Catskill, New York, di usia 99 tahun. Dan dikubur di Lawn Cemetery Maple, Kew Gardens, Brooklyn, New York.
            Sekeras apapun juga sifat yang Saudara miliki, jika dibawa dan diserahkan ke dalam tanganNya, maka Tuhan Sang Khalik itu akan membentuknya menjadi seseorang yang berguna bagi sesama dan kerajaanNya. Rasa kecewa, patah hati, pahit dan perasaan sejenisnya yang Saudara alami merupakan dari proses pembentukanNya. Hiduplah dalam penyerahan kepadaNya, bukan hanya karena tidak dapat berbuat apa-apa lagi, tetapi karena kita tahu bahwa Dia adalah Penjunan yang handal dan dapat dipercaya. Di saat Saudara tidak kuat berdoalah : “Sabarlah Tuhan, karena aku belum selesai...” (Sumber : Praise #16)
 Lirik & Chord lagu ini dapat dilihat di SONGS
 Have Thine own way, Lord
  1. Have Thine own way, Lord! Have Thine own way!
    Thou art the Potter, I am the clay.
    Mold me and make me after Thy will,
    While I am waiting, yielded and still.
  2. Have Thine own way, Lord! Have Thine own way!
    Search me and try me, Master, today!
    Whiter than snow, Lord, wash me just now,
    As in Thy presence humbly I bow.
  3. Have Thine own way, Lord! Have Thine own way!
    Wounded and weary, help me, I pray!
    Power, all power, surely is Thine!
    Touch me and heal me, Savior divine.
  4. Have Thine own way, Lord! Have Thine own way!
    Hold o’er my being absolute sway!
    Fill with Thy Spirit till all shall see
    Christ only, always, living in me.
JADILAH TUHAN KEHENDAKMU
  1. Jadilah, Tuhan kehendakMu!
    ‘Kaulah Penjunan, ‘ku tanahnya.
    Bentuklah aku sesukaMu,
    ‘kan ‘ku nantikan dan berserah.
  2. Jadilah, Tuhan kehendakMu!
    Tiliklah aku dan ujilah.
    Sucikan hati, pikiranku
    dan di depanMu, ‘ku menyembah.
  3. Jadilah, Tuhan kehendakMu!
    Tolong, ya Tuhan, ‘ku yang lemah!
    Segala kuasa di tanganMu;
    jamahlah aku, sembuhkanlah!
  4. Jadilah, Tuhan kehendakMu!
    S’luruh hidupku kuasailah.
    Berilah RohMu kepadaku,
    agar t’rang Kristus pun nyatalah.
      Sumber :www.majalahpraise.com

Rabu, 30 Juli 2014

Sarah Flower Adams, 1805-1848

NEARER MY GOD TO THEE (Makin Dekat Tuhan) (Sarah Flower Adams, 1805-1848)


             Dekat dengan orang yang kita kagumi merupakan dambaan tiap orang di muka bumi ini. Karena kedekatan tersebut akan membuat kita semakin mengenal lebih dalam lagi. Ada seorang pengarang wanita yang mengeksperesikan kerinduannnya untuk dekat akan Tuhan melalui lagu. Lagu ini kemudian menjadi begitu disukai, khususnya di saat orang menghadapi mara bahaya bahkan maut, sehingga dianggap sebagai ‘Lagu Rohani Terbesar Karangan Wanita’.

WANITA PEMBELA HAM
            Nama pengarang itu ialah Sarah Flower Adams. Ia dilahirkan di Old Harlow, Es­sex, Inggris pada 22 Pebruari 1805. Ayahnya, Ben­ja­min Flower, seorang wartawan dan politikus yang sering membela hak-hak rakyat terhadap kaum penindas. Pernah ayahnya dipenjarakan karena keberaniannya mengkritik seorang pejabat tinggi di surat kabar. Maka tidak mengherankan bila sebagai gadis, Sarah juga menaruh perhatian akan hak-hak asasi manusia (HAM). Sejak di usianya yang masih muda, ia mengarang baik prosa maupun puisi. Karangan-karangannya itu  dimuat dalam suatu surat kabar yang memperjuangkan kebebasan pers, martabat kaum wanita dan cita-cita tinggi yang sejenis.
            Suatu ketika ada seorang insinyur sipil yang juga menyumbangkan karangannya pada surat kabar tersebut. Namanya William Bridges Adams. Ia pun mulai bersahabat dengan Sarah Flower yang pandai mengarang itu, dan pada tahun 1834 mereka pun menikah.
GAGAL KARIR DI TEATER
            Sudah lama Sarah Flower Adams bercita-cita menjadi seorang pelaku sandiwara. Baru setelah menikah, atas dorongan suaminya ia berkesempatan melakukan hal itu. Pada tahun 1837 ia muncul di panggung dengan memainkan peranan utama dalam salah satu drama luhur karangan Shakespeare. Tetapi karir Sarah Adams dalam bidang teater cepat berakhir. Ketika ia masih kecil, ibunya meninggal akibat sakit TBC. Adiknya, Eliza Flower, menderita penyakit yang sama. Dan Sarah sendiripun merasa bahwa kesehatannya tidak memungkinkan untuk dia meneruskan menjadi aktris. Kalau seni drama tertutup baginya, seni puisi masih terbuka. Sekali lagi Ny. Adams mulai menulis syair. Ia bahkan menjadi agak tenar karena mengarang sebuah syair yang panjang tentang seorang Kristen yang mati syahid pada abad ketiga.
            Sarah Adams juga mengarang lirik untuk nyanyian pujian. Sering ia mempelajari Alkitab untuk mendapatkan gagasan atau buah pikiran yang baru. Pada suatu hari ia tertarik akan kisah Yakub dalam kitab Kejadian pasal 28. Ia membaca tentang masa hidup Yakub yang serba sulit. Tentu Yakub merasa sedih dan kuatir, karena ia terpaksa meninggalkan rumah dan melarikan diri dari kakaknya, Esau, yang marah karena telah mengambil hak dan berkat kesulungannya. Di Bethel Yakub tidur dengan berbantalkan batu. Di situ pun ia bermimpi tentang suatu tangga ke Surga dan para malaikat Allah turun naik di atasnya. Sadarlah dia bahwa Tuhan masih dekat padanya, sama seperti dahulu di rumah orang tuanya.
            Dengan diilhami cerita Alkitab itu, pada tahun 1841 Sarah Flower Adams menulis suatu nyanyian rohani dengan judul ‘Nearer My God to Thee’ yang kemudian menjadi lagu populer umat Kristen di seluruh dunia. Kebanyakan orang belum sadar bahwa sedikit sekali nyanyian rohani dewasa ini yang masih tetap persis seperti pada waktu ditulis semula. Hampir semuanya telah mengalami perubahan dan perbaikan sepanjang abad. Kadang-kadang ada kata-kata yang diganti sana sini, kadang ada satu baris ataupun satu bait yang diganti atau dibuang. Lain halnya dengan syair karangan Sarah F. Adams. Dalam bahasa aslinya, karangan yang dimuat dalam buku-buku terbitan masa kini itu persis sama seperti yang mula-mula ditulis satu setengah abad yang lalu. Tidak sepatah kata pun yang diubah, syairnya masih utuh.
ORANGNYA WAFAT, LAGUNYA HIDUP
            Pada tahun 1841, Pdt. William Johnson Fox, gembala sidang dari gereja tempat Sarah F. Adams beribadah hendak menerbitkan sebuah buku nyanyian pujian. Tigabelas lagu hymne yang dikumpulkannya dalam terbitan itu adalah hasil karya Ny. Adams. Termasuk juga beberapa lagu rohani yang dikarang oleh adiknya Eliza. Kedua wanita bersaudara yang berbakat itu sering dikunjungi oleh pengarang terkenal, yang ingin membicarakan hal-hal rohani dengan mereka. Tetapi penyakit Eliza semakin parah, sehingga kakaknya Sarah harus menghabiskan banyak waktu untuk merawat dia. Akhirnya Eliza meninggal pada tahun 1844.
            Dan seperti yang sudah dikuatirkan juga sejak lama, Sarah juga kena penyakit TBC, yang sangat ditakuti itu. Ia sendiri meninggal dunia empat tahun kemudian, tepatnya 14 Agustus 1848. Sarah meninggal pada umur 43 tahun. Usia yang cukup singkat, tetapi siapa yang menduga lagu nya telah menjadi kekuatan bagi banyak orang di seluruh dunia hingga saat ini ?! Selama beberapa tahun, lagu ‘Nearer My God To Thee’ dinyanyikan oleh gereja Unitarian di Fins­bury, Inggris. Hingga tahun 1856, dua redaktur buku musik yang ingin memuat sebuah lagu pujian karya Sarah Flower Adams tersebut (Sarah sudah meninggal 8 tahun sebelumnya), meminta Dr. Lowell Mason (1792-1872), seorang musikus Amerika untuk membuatkan melodi yang lain. Lowell Mason merasa agak bingung pada saat membaca syair tentang pengalaman Yakub tersebut. Sistem sanjaknya lain daripada yang lain.
            Sampai pada suatu malam, ketika Dr. Mason berbaring di atas tempat tidur, ia terus menerus memikirkan lirik lagu karangan almarhumah Sarah F. Adams tersebut. Kemudian not demi not mulai memasuki pikirannya. Dan pada keesokkan harinya, ia sudah dapat mencatat semua melodi yang muncul di tengah malam itu.
            Tiga tahun kemudian, pada tahun 1859, terbitlah buku lagu pilihan yang diredaksikan oleh kedua kawan Lowell Mason tadi. Untuk pertama kalinya, syair dan melodi ‘dijodohkan’ dalam buku tersebut. Hingga kini, lagu tersebut begitu memberkati banyak orang. (Kisah selengkapnya dapat dibaca di buku Story Behind The Song terbitan Yis Production berikut foto-fotonya).
LAGU TERBESAR KARYA WANITA
            Ada beberapa peristiwa di dunia yang membuat lagu ini dianggap sebagai lagu terbesar karangan wanita. Pada tahun 1871, misalnya, secara tidak sengaja tiga pendeta mengunjungi Palestina. Mereka begitu terharu ketika mendengar lagu ini dinyanyikan dalam bahasa Arab oleh ke 35 mahasiswa Suriah di sana.
            Tahun 1889 di Johnstown, Amerika, ada kereta tercebur dalam banjir besar dan satu gerbong terbalik. Di antara penumpang tersebut, ada seorang wanita yang sebenarnya mau menjadi penginjil di satu negara di Asia Timur. Wanita tersebut menyanyikan lagu ‘Nearer My God To Thee’ sementara air menelannya.
            Tahun 1960 an, seluruh dunia terkejut atas pembunuhan orang-orang besar Amerika, seperti Presiden John F. Kennedy, Senator Robert F. Kennedy dan Dr. Martin Luther King. Peristiwa yang sama tahun 1901, seluruh Amerika Serikat dikejutkan atas pembunuhan Presiden William McKinley. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia sempat  bergumam kata-kata dari bait pertama lagu ‘Nearer My God To Thee’, yang merupakan lagu kesukaannya. Dan lagu ini pula yang dinyanyikan pada waktu pemakamannya. Digambarkan suasana ketika almarhum Presiden McKinley akan dikebumikan begitu khidmat, semua gereja di seluruh Amerika membuka pintunya dan lonceng dibunyikan. Lalu lintas berhenti di jalan. Para petani berdiri diam sejenak di samping bajak. Para pekerja menghentikan mesin di pabrik. Sebagian orang dengan tenang berdoa dalam hati. Yang lainnya berdoa dengan suara keras. Yang lain lagi menyanyikan lagu rohani kesayangan almarhum Presiden McKinley, yang masih sempat dikutipnya menjelang ajalnya.
            Yang menarik adalah lagu ini pula yang dinyanyikan oleh seribu lima ratus penumpang kapal Titanic yang terbentur gunung es pada tahun 1912. Sementara kapal tersebut tenggelam beserta seluruh isinya.
            Menghadapi hari esok  yang serba misterius dan komplek, suatu pilihan yang tepat kalau kita semakin mendekat kepada Tuhan, yang tahu dan berkuasa atas semua yang terjadi. Karena dalam Dialah kita mendapat ketenangan dan jaminan. (Sumber : Praise #10).
Lirik & Chord Lagu ini dapat dilihat di SONGS      

NEARER MY GOD TO THEE
  1. Nearer, my God, to Thee, nearer to Thee!
    E’en though it be a cross that raiseth me,
    Still all my song shall be, nearer, my God, to Thee.
Refrain:
Nearer, my God, to Thee, nearer to Thee!
  1. Though like the wanderer, the sun gone down,
    Darkness be over me, my rest a stone;
    Yet in my dreams I’d be nearer, my God, to Thee.
  2. There let the way appear, steps unto Heav’n;
    All that Thou sendest me, in mercy giv’n;
    Angels to beckon me nearer, my God, to Thee.
  3. Then, with my waking thoughts bright with Thy praise,
    Out of my stony griefs Bethel I’ll raise;
    So by my woes to be nearer, my God, to Thee.
  4. Or, if on joyful wing cleaving the sky,
    Sun, moon, and stars forgot, upward I’ll fly,
    Still all my song shall be, nearer, my God, to Thee.
  5. There in my Father’s home, safe and at rest,
    There in my Savior’s love, perfectly blest;
    Age after age to be nearer, my God, to Thee.
MAKIN DEKAT TUHAN
  1. Makin dekat, Tuhan, kepadaMu;
    walaupun saliblah mengangkatku,
    inilah laguku: Dekat kepadaMu;
    makin dekat, Tuhan, kepadaMu.
  2. Berbantal batu pun ‘ku mau rebah,
    bagai musafir yang lunglai, lelah,
    asal di mimpiku dekat kepadaMu;
    makin dekat, Tuhan, kepadaMu.
  3. Buatlah tanggaMu tampak jelas,
    dan para malakMu yang bergegas
    mengimbau diriku dekat kepadaMu;
    makin dekat, Tuhan, kepadaMu.
  4. Batu deritaku ‘kan kubentuk
    menjadi Betelku, kokoh teguh.
    Jiwaku berseru, dekat kepadaMu;
    makin dekat, Tuhan, kepadaMu.
  Sumber : www.majalahpraise.com


Kamis, 24 Juli 2014

MUSIK BANGSA ISRAEL

MUSIK BANGSA ISRAEL

Published On Desember, 12 2012 | By Toni
Benang merah sejarah musik tradisional bangsa Israel bisa ditemukan melalui urutan sejarah di Alkitab dari diketemukannya alat musik pertama kali oleh Yubal, anak Lamekh dalam Kejadian 4:21 yang kemudian disebut sebagai ‘bapak orang yang memainkan kecapi dan suling.’ Alat musik ini terus dimainkan dari masa ke masa sampai terbentuknya Israel menjadi sebuah bangsa. Ini  disebut musik Pra Israel. Namun demikian alat musik ini masih dimainkan sampai hari ini.

TIDAK SEMUA ALAT MUSIK DALAM ALKITAB ADALAH MUSIK ISRAEL
Jauh sebelum terbentuknya Israel menjadi sebuah Negara, bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan pun (menurut sudut pandang Alkitab) dalam penyelenggaraan ibadah-ibadah agamanya, banyak yang menggunakan media musik, misalnya saja Nebukadnesar dalam Kitab Daniel disebutkan memiliki Orkes. Karena itu anggapan bahwa semua alat musik yang tertulis dalam Alkitab berasal dari Israel adalah tidak benar. Ini berarti bahwa musik Israel merupakan kombinasi tradisi musik Yahudi dan non Yahudi yang mengalami perkembangan bersama menurut  kebutuhan dan fasilitas yang tersedia pada zamannya.
Dunia permusikan di Israel mengalami kemajuan pesat (pada zamannya) saat pemerintahan raja Daud. Hal ini sangat didukung oleh faktor hobi dari Daud sendiri terhadap musik sejak dirinya berprofesi sebagai penggembala domba, kemudian mendapat kesempatan untuk mengembangkannya saat dirinya menjadi tentara atau pendamping raja Saul dan akhirnya mengangkat musik masuk dalam jajaran program nasional saat dirinya bertahta sebagai raja. Ini disebut musik zaman keemasan Israel. Pada masa ini alat-alat musik lainnya mulai berkembang. Setidaknya dapat dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, alat musik bertali yang terdiri dari kecapi, gambus, rebab, serdam. Kedua, alat musik tiup: suling, sangkakala, sopar, khatsotsera (terbuat dari perak yang ditempa), kelentung (biasanya dipakai bersamaan dengan ceracap). Alat musik ini dipakai oleh Daud saat menari di hadapan Tuhan. Ketiga, alat musik yang dipukul: giring-giring, kerincingan, ceracap dan rebana. Jauh setelah masa kejayaannya, Israel masih menyisakan musik tradisional Yemenite yang merupakan musik tradisional Yahudi.

Kecapi - Berasal dari kata Aram qitros  (Daniel 3) yang sama dengan akar kata gitar. Pertama kali Kecapi tertulis pada Kejadian 4:21. Acuan ini menguatkan anggapan bahwa kecapi adalah alat tradisional tertua bangsa Israel. Alat musik inilah yang akan digunakan oleh Laban untuk melepas Yakub seandainya ia tidak diam-diam pergi (Kejadian 31:27). Daud mengambil kecapi dan memainkannya (1 Samuel 10:5). Salomo juga memerintahkan pembuatan alat musik ini dari kayu cendana untuk Bait Suci.

Gambus - Pertama kali alat musik ini disebut dalam 1 Samuel 10:5, kemungkinan besar alat musik yang bertali senar 10 ini berasal dari Fenisia. Gambus juga merupakan alat musik petik pada orkes Nebukadnesar (Dan 3:5)

Rebab - Bila gambus menghasilkan suara bas, maka rebab menghasilkan suara tinggi. Alat musik ini juga merupakan salah satu perangkat orkes Nebukadnesar (Daniel 3:5). Zaman Nebukadnesar dan ketenaran Yunani adalah suatu masa yang tidak pendek. Referensi arti kata rebab dari kata Aram sabbekha yang disamakan dengan alat Yunani sambuke, yaitu kecapi kecil, maka hal ini cukup menjelaskan bahwa alat musik ini cukup dikenal dan dipakai pada waktu yang lama dari berbagai periode.

Suling - Suling merupakan terjemahan juga dari kata Aram masroqita (Daniel 3:5), kata yang meniru suara yang berarti bersiul atau mendesis. Suling dipakai pada acara sukacita nasional Israel (1 Raja-raja 1:40), dalam arak-arakan (Yesaya 30:29), juga dipakai pada suasana meratap (Matius 9:23). Alat musik ini sangat sederhana, bahkan pernah disebutkan, suami paling miskinpun diharapkan menghadirkan sedikitnya dua peniup suling waktu menguburkan istrinya.

Sangkakala - Alat musik ini asli khas Israel. Sangkakala merupakan hasil terjemahan dari 3 kata Ibrani qeren,  yang artinya tanduk (Yosua 6), sopar artinya tanduk agak panjang. Alat musik ini merupakan sangkakala nasional Israel dipakai pada peristiwa kemiliteran untuk memanggil orang berkumpul. Sampai sekarang masih dipakai pada sinagoge atau rumah-rumah ibadah Yahudi. Khatsotsera merupakan alat kudus yang dipakai pada ibadah Israel (Bilangan 10:1-10)
Giring-giring, kerincing, ceracap dan rebana sangat berkaitan erat dengan ibadah orang Israel. Rebana misalnya mulai muncul sejak keluarnya bangsa Israel dari perbudakan mesir (Keluaran 15:20), yang lainnya muncul bersamaan dengan penetapan peraturan Ibadah saat Musa memimpin bangsa itu.

MUSIK TRADISIONAL YEMENITE YAHUDI
Yemenite Jews merupakan sebuah sisa kekuatan bangsa Israel saat mereka dalam pembuangan. Seorang ahli musik Yahudi kuno, A.Z Ideksohn pernah mengungkapkan bahwa musik ini begitu dipelihara dan dilakukan pada pusat-pusat latihan musik Yahudi. Oleh para Zionist musik Yemenite selalu dihubungkan dengan akar Alkitab sebagai sebuah pengharapan pulihnya bangsa Israel. Setidaknya musik ini telah dipelihara selama seribu tiga ratus tahun oleh mereka yang mengharapkan berdirinya lagi negara Israel. Tahun 1930 sampai 1940 Bracha Zefira seorang penyanyi Yahudi menyelidiki dan merekam  banyak lagu Yemenite. Salah satu lagunya ialah “Shtu Ha Adarim atau drink, kawanan” dengan syair oleh Alexander Penn dan musik oleh Nahum Nardi. Bahkan pada tahun 1980 oleh usaha seorang penyanyi Israel, Ofra Haza musik tradisional Yemenite Yahudi menjadi terkenal di dunia. Lagu popular saat itu ialah “Im Nin Alu” mereka yang turut berjasa dalam mempopulerkan musik ini misalnya ialah Rabbi Shalom Shabazi. Usaha ini turut mendongkrak musik tradisional Yemenite Yahudi masuk pada jajaran liris yang lebih luas dari banyak bentuk musik tradisional Yahudi lainnya yang cenderung menjadi liturgis bagi agama.
 
PERKEMBANGAN MUSIK ISRAEL SETELAH MASA PEMBUANGAN
Israel yang memimpin di garis utama dunia dalam bidang musik pada zaman keemasan Daud akhirnya harus mengalami kemerosotan saat negeri itu pecah saat zaman pemerintahan cucunya. Keterpurukan semakin nyata setelah tahun 70 Masehi secara terpaksa bangsa itu harus tercerai berai ke seluruh penjuru dunia dalam kondisi sebagai tawanan. Karena itu sampai terbentuknya kembali negeri itu (1940-an), kondisi dunia permusikan Israel mengalami ketertinggalan selama berabad-abad.
Meskipun terdapat keanekaragaman yang luar biasa di musik Israel hari ini dari 1920 - 1970, para Zionist mencoba membuat musik gaya baru yang akan memperkuat akar pertalian nasionalisme Yahudi. Maka berhasilah tersusun “Shirei Eretz Yisrael – Lagu Negeri Israel.
Para pendatang Yahudi dari Eropa, Asia, Timur Tengah dan dari tempat-tempat lain waktu mereka kembali ke Israel dari masa pembuangan, membawa musik tradisi dimana mereka pernah hidup, kemudian mencampurkan dan membentuknya menjadi musik “baru” Israel. Termasuk nada minor pada lagu-lagu Israel merupakan pengaruh dari Rusia atau tradisi Klezmer yang biasanya memakai harmonisasi minor-minor.
Penghayatan terhadap nilai-nilai religiusnya membuat kemajuan di bidang musik tetap dalam koridor pemujaan terhadap sang pencipta, misalnya saja dari Jewish Prayerbook menampilkan muatan: Piyyut, yaitu puisi liturgy Yahudi, Zemirot merupakan Hymns Yahudi, Nigun adalah lagu-lagu keagamaan Yahudi, Pizmonim merupakan lagu-lagu dan melodi tradisional Yahudi untuk memuji Tuhan, Baqashot adalah lagu-lagu untuk ibadah setiap Sabath.
 
PENGARUH MUSIK ISRAEL TERHADAP IBADAH GEREJA
Muatan budaya dalam Alkitab yang dipakai oleh gereja Kristen didominasi oleh budaya Israel. Penggunaan musik dari Alkitab, khususnya mengacu pada referensi Daud yang dalam ibadahnya kepada Tuhan menggunakan sarana alat musik (seperti tersebut di atas). Namun jenis musik apa yang diadopsi oleh masing-masing denominasi gereja tidak sama. Biasanya dipengaruhi oleh latar belakang budaya dimana gereja tersebut berdiri atau memang denominasi gereja telah menetapkan standard musik yang harus digunakan pada sinodenya. Di sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga sangat mempengaruhi kapasitas musik gereja, tetapi akarnya tetap bermuara pada pengaruh Alkitab.(TSuw/Yis/PRAISE #5).

Selasa, 22 Juli 2014

TAMBORIN, ALAT MUSIK YANG MENYUKAKAN HATI TUHAN

TAMBORIN, ALAT MUSIK YANG MENYUKAKAN HATI TUHAN

Published On Desember, 13 2012 | By Vido Fransisco
Ketika mendengar kata tamborin, bayangan yang terlintas dibenak kita pertama adalah alat musik yang dimainkan oleh beberapa orang anak perempuan yang menari mengikuti irama lagu di depan worship leader dan singer menghadap jemaat. Alat musik yang satu ini begitu khas dengan bunyinya yang bergemerincing dengan ditingkahi tari-tarian begitu harmonis dan membuat suasana gegap-gempita.

APAKAH TAMBORIN ITU ?
    Istilah tamborin sendiri menunjuk kepada sejenis alat musik perkusi berbentuk drum kecil yang pada sekeliling pinggirannya dikelilingi logam-logam kecil berbentuk lingkaran. Biasanya, pemain tamborin memegang alat ini menggunakan satu tangan, sementara tangan yang satunya  digunakan untuk memukul pada bagian selaput yang terbuat dari kulit binatang  atau plastik mengkilat, sehingga menimbulkan efek bunyi ketukan dan gemerincing. Tamborin merupakan salah satu alat musik yang begitu dangkal "tubuh"-nya sehingga tidak dapat bertindak sebagai resonator suara, atau dikenal dengan istilah frame drum.
    Frame drum dimainkan orang di Timur Tengah kuno (khususnya kaum wanita), Yunani, dan Roma, selanjutnya menyebar ke Eropa Tengah. Bentuknya beragam mulai bulat, segi delapan, bujur sangkar, dll. Terkadang ditambah senar atau kerincingan di pinggir. Tamborin umumnya berbentuk bundar dan memiliki selaput di salah satu sisinya, selaput itu bisa berupa kulit binatang atau plastik mengkilap yang disebut hologram. Bunyi tamborin dengan selaput hologram lebih nyaring dari pada yang terbuat dari kulit binatang atau plastik transparan. Pada sisi keras tempat kita memegang tamborin terdapat 1 atau 2 gemerincing berwarna perak seperti warna sendok dan garpu. Ukuran tamborin bermacam-macam, ada yang disebut tamborin anak-anak dan tamborin dewasa. Bedanya dari diameter dan beratnya tentunya. Namun pembuatannya sama.

MANFAAT TAMBORIN
        Setelah kita memiliki gambaran akan rupa tamborin, kita akan beralih ke kegunaan tamborin dan mengapa kita bermain tamborin. Mengapa tamborin kerap digunakan pada saat memuji Tuhan?
Tamborin atau rebana adalah salah satu jenis alat musik dari banyak alat musik yang ada di Alkitab yang digunakan untuk memuji Tuhan dan dimainkan ketika kita memuji dan menyembah Tuhan.
    Di dalam Alkitab, tercatat bahwa tamborin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan bangsa Israel. Tamborin biasa digunakan sebagai bentuk pujian kepada Tuhan. Beberapa ayat-ayat di bawah ini memberi petunjuk akan kegunaan dari tamborin atau rebana untuk memuji Tuhan:
Kej. 31:27 Mengapa engkau lari diam-diam dan mengakali aku? Mengapa engkau tidak memberitahu kepadaku, supaya aku menghantarkan engkau dengan sukacita dan nyanyian dengan rebana dan kecapi?
    Dalam ayat di atas bercerita tentang Laban yang sedang berbicara kepada Yakub. Dalam hal ini, ia hendak menari-nari sambil membunyikan tamorin atau rebana sebagai tanda sukacita.
    Kel. 15:20 Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari.
    Dalam ayat ini, penarinya adalah para perempuan yaitu Miryan dan perempuan lainnya, mereka menari-nari dengan membunyikan rebana.
1 Sam. 10:5 Sesudah itu engkau akan sampai ke Gibea Allah, tempat kedudukan pasukan orang Filistin. Dan apabila engkau masuk kota, engkau akan berjumpa di sana dengan serombongan nabi, yang turun dari bukit pengorbanan dengan gambus, rebana, suling dan kecapi di depan mereka; mereka sendiri akan kepenuhan seperti nabi. 2Sam. 6:5 Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap.
    Mazmur 150:4 Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Semua ayat di atas menujukkan dengan jelas bahwa tamborin atau rebana biasa dipakai untuk mengiringi tarian dengan diiringi permainan tamborin/tambourine.
Ada beberapa hal lainnya yang bisa kita ambil dari ayat-ayat tersebut yang menjelaskan mengenai mengapa kita bermain tamborin:
1. Alat musik tamborin atau rebana adalah alat musik yang diperintahkan oleh Tuhan untuk digunakan karena tertulis di dalam Firman Tuhan.
2. Tamborin menandakan adanya suasana sukacita, kebahagiaan dan kemenangan.
3. Tamborin digunakan untuk memuji dan menyembah Tuhan, untuk menyatakan kebesaranNya.
4. Tamborin menandakan adanya sebuah perayaan. Maka dari itu, tamborin dimainkan dalam ibadah raya untuk merayakan kemenangan atas iblis.

    Tamborin atau rebana bagi Kristiani merupakan bagian dari pujian dan ibadah di gereja. Di beberapa gereja bahkan menggunakan tamborin sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pujian dan ibadah mereka setiap minggunya. Sejarah mencatat, tamborin sudah digunakan sejak beberapa ribu tahun sebelum Masehi. Wilayah-wilayah pada zaman dahulu kala yang diindikasikan sudah menggunakan tamborin adalah Mesir, Cina, Mesopotamia, India, Yunani, Israel dan Roma. Di wilayah Timur Tengah, tamborin digunakan sebagai penyembahan kepada seorang dewi, misalnya Dewi Astarte. Sementara di sebagian wilayah lainnya, tamborin digunakan pada suatu acara yang bersifat riang-gembira, misalnya saat pernikahan maupun merayakan kemenangan atas musuh.
Di daerah Babilonia (sekarang Irak), ditemukan peninggalan bangsa Sumeria berupa relief patung wanita memegang tamborin.
    Pada abad pertengahan, tamborin digunakan oleh musisi musafir yang berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada abad 18 dan 19, tamborin juga dipergunakan oleh komposer-komposer klasik terkenal yang banyak bermunculan pada saat itu, diantaranya Mozart, Hector Berlioz maupun Igor Stravinsky dengan kelompok baletnya “Petrushka”. Di kalangan militer pun mulai menggunakan tamborin pada parade-parade kemiliteran pada abad ke-19. Tamborin mulai dipergunakan prnatada puji-pujian gerejawi di seluruh dunia ketika Salvation Army (Bala Keselematan), sebuah lembaga penginjilan internasional

Minggu, 20 Juli 2014

Edith Margaret Clarkson, 1915-2008

So Send I You (Ku Utus Kau) (Edith Margaret Clarkson, 1915-2008)


    Lirik lagu ‘Ku Utus Kau’ (So Send I You) ditulis oleh seorang wanita muda berusia 22 tahun yang berkebangsaan Kanada bernama Margaret Clarkson. Clarkson lahir di Melville, Saskatchewan, 8 Juni 1915, dimana dia tinggal sampai orang tuanya, Frederick dan Ethel, serta keluarganya pindah ke Toronto saat ia berusia empat tahunan. Wanita yang memakai nama depan Edith ini memiliki masa kecil yang sangat menderita karena penyakitnya. Sepanjang hidupnya, sejak berusia 3 tahun, ia diganggu oleh rasa sakit. Awalnya dari migrain, disertai muntah, kejang, kemudian Juvenile arthritis (penyakit autoimun yang menyerang anak-anak berusia di bawah 16 tahun). Penyakit inilah yang terus-menerus menemaninya. Teman-temannya kebanyakan melihat Margie - begitulah nama panggilannya- tidur dengan rasa sakit sampai kepala bagian belakang botak karena terlalu lama berbaring di tempat tidur. Margie memiliki kenangan masa kecil yang penuh ketegangan, ketakutan, ketidak-amanan dan kesepian.
    Sejak usia 5 tahun ia tumbuh besar di Toronto. Di sana keluarga Margaret menghadiri gereja terdekat, gereja St. John Presbyterian. Gereja ini membawa pengaruh yang besar bagi perkembangan rohani Margaret. Imannya bertumbuh di sana. Selain aktif, Margaret pun pernah mendapat hadiah karena menang dalam menghafal ayat Alkitab. Sebagai hadiah, dia menerima sebuah buku nyanyian Sekolah Minggu. Margaret mendapatkan berkat dan kekuatan dalam lagu-lagu Hymne. Bahkan ia duduk mengikuti seluruh khotbah. Dia membolak-balik halaman buku tentang para komposer. Dia merasa berada dalam komunitas orang-orang kudus.
    Setelah itu ia dipimpin secara tidak sengaja ke sebuah penelusuran tulisan para tokoh yang lain. Dia banyak membaca mengenai tokoh-tokoh seperti John Bunyan, John dan Charles Wesley, Martin Luther, William Cowper, James Montegomery, John Newton, Paul Gerhardt, Philipp Nicolai, Gerhard Tersteegen, Isaac Watts, Frances Ridley Havergal dan Fanny Crosby. Bahkan Margaret bisa melihat bahwa gereja sebagai saluran kasih karunia Allah, termasuk gereja dimana dia berada.
    Pada usia 10 tahun ia membuat karya pertamanya, sebuah puisi pada Tahun Baru. Dan mendapat juara dua dalam kontes untuk anak-anak di bawah enam belas tahun. Pada usia inilah dia bertobat dan menerima Yesus. Hal itu terjadi setelah mengikuti serangkaian Pertemuan Anak-anak berdasarkan Pilgrim`s Progress Bunyan`s, bahkan ia mendapat sebuah sertifikat jaminan iman dalam Kristus. Dia belajar dan menyukai Katekismus Westminster. Dalam tahun berikutnya, Margaret bahkan mampu menjawab 107 Pertanyaan Katekismus Westminster. Tak lama Margaret mulai menulis sajak yang diterbitkan di majalah paroki dan lembaran Sekolah Minggu.
    Margaret juga mulai bermain piano. Selama masa ini, Margaret sekolah di Bolton Ave hingga usia 13 tahun. Ketika menjadi mahasiswa di Bolton, kembali dia memenangkan 2 penghargaan dalam kontes karangan esai nasional yang diadakan Liga Bangsa-bangsa.


DI TENGAH KESEPIAN, BANYAK BERKARYA
       Ketika Margaret berusia 13 tahun, orangtuanya bercerai. Setelah itu ia mulai masuk dan belajar di Riverdale Collegiate Institute. Selain itu, ia dan keluarganya pindah ke sebuah gereja baru. Di gereja baru ini, dia merasakan kehilangan lagu-lagu hymne, karena yang dipakai dalam ibadah, kebanyakan lagu gospel. Di usia 20 tahun, dia mencari gereja yang masih menyanyikan lagu hymne dan kotbah yang baik. Sementara itu, meskipun Margaret dapat mencurahkan waktu dan tenaganya untuk menulis, dia tidak bebas dari rasa sakit.
    Ketika ia berusia 17 tahun, penyakit arthritis-nya memang memasuki masa remisi (bebas obat), namun demikian dia tetap mengalami migrain dan bermasalah dengan tulang punggung bagian bawahnya. Penyakitnya ini menyebabkan dia bolos sekolah selama hampir setahun. Kesehatannya, situasi keluarga dan depresi berat, semua itu membuatnya sangat sulit untuk mengejar pendidikan universitas.
    Untungnya, di saat seperti ini, Margaret tidak merasa sendirian. Di Toronto Normal School, dia menemukan seorang teman dan mentor wanita yang bersemangat dan kreatif, usianya sekitar 12 tahun lebih tua. Mereka berhubungan selama 20 tahun.
    Setelah lulus menyelesaikan program guru tahun 1935, Margaret mulai mencari pekerjaan sebagai guru di daerah Toronto, tetapi pada waktu itu lapangan pekerjaan sangat langka sehingga ia harus menghabiskan 7 tahun bekerja di Barwick, Ontario bagian utara di sebuah perkampungan penebang kayu. Dari Barwick ia pindah ke sekolah-sekolah umum di Kirkland Lake, Ontario, sebuah komunitas pertambangan emas.
    Setelah 1 tahun di sana, ia menjadi Supervisor Musik dari enam sekolah besar. Walaupun demikian, Margaret merasakan tahun-tahun ini adalah masa isolasi spiritual. Ia melihat dirinya seumur hidup membujang. Dapat dikatakan, Margaret mengalami kesepian setiap jenis mental, budaya dan spiritual.
    Di saat-saat kesepian yang amat sangat, ia menulis kata-kata dari rasa sakit dan penderitaannya yang merupakan versi awal lagu ‘So Send I You’ (Ku Utus Kau) :

I do not know tomorrow’s way
If dark or bright its hours may be
But I know Christ, and come what may
I know that he abides with me
I do not know what may be
fall of grief or gladness, peace or pain
But I know Christ, and through it all
I know his presence will sustain.

(Aku tidak tahu jalan hidup besok
bisa jadi gelap atau mungkin terang
Tapi aku mengenal Kristus dan apa pun yang terjadi
saya tahu bahwa Dia beserta dengan saya
Aku tidak tahu apa yang mungkin terjadi
kesedihan atau sukacita, damai atau sakit
Tapi aku mengenal Kristus
Dan melalui itu semua aku tahu kehadiranNya senantiasa).

    Margaret bekerja keras selama bertahun-tahun untuk membuat pondok rumah. Di sinilah ia banyak menulis buku. Di tengah-tengah Perang Dunia II Margaret pindah ke Ontario Selatan dan mengajar di  The Township of York. Tahun berikutnya kembali ke Toronto dan mengajar di Sekolah Umum di St. Dawson. Selama belasan tahun ke depan, Margaret akhirnya menemukan gereja yang dicari selama ini, yaitu gereja yang didukung dengan nyanyian hymne dan khotbah yang baik menurut versinya.
    Margaret bergabung dengan Gereja Knox Presbyterian dan melayani di bawah pengawasan Dr. William Fitch. Margaret kembali terlibat aktif di gereja dan konsentrasi menulis lagu-lagu hymne. Pada tahun 1946, ia menulis hymne pertamanya ‘We Come O Christ, To Thee’ atas permintaan Stacey Woods, direktur umum dari InterVarsity Christian Fellowship (IVCF) di Kanada dan Amerika Serikat. Dia memintanya untuk menulis sebuah hymne yang mungkin membantu untuk menyatukan kelompok-kelompok mahasiswa yang tersebar. Lagu itu dinyanyikan di konvensi IVCF misi pertama yang diadakan di Toronto. Diterbitkan pula dalam buku Christian Praise (Tyndale Press / IVP, 1957) dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.
    Tahun 1947, ia menerbitkan buku pertamanya ‘Let`s Listen to Music’. Meskipun Margaret sudah mempunyai posisi cukup stabil saat mengajar dan aktifitasnya untuk menulis, tahun 1948 ia meninggalkan Toronto dan bekerja sebagai editor di Scripture Press di Wheaton, Illinois. Dan pada tahun 1950, ia mengajar di sekolah Huron.
    Pada tahun 1955, di usia 40 tahun, dia membeli sebuah rumah di jalan yang ramai. Dua tahun setelah itu ia pindah ke sekolah Blythwood dan pada tahun berikutnya menerbitkan ‘The Creative Classroom’. Di Blythwood dia mulai memakai Hamsters dalam kurikulum untuk mengajar pendidikan seks dan kesehatan.
    Tahun 1960, buku tentang keajaiban melahirkan ‘Susie’s Babies’ diterbitkan dan menjadi best seller. Selama tahun ini, Margaret mulai melihat dan mengakui kedaulatan Tuhan, terutama dalam kaitannya dengan penderitaan pribadinya. Keberhasilannya menulis buku Susie’s Babies, membuatnya diizinkan mengambil cuti selama tahun 1960-1961, di sekolah dimana ia mengambil kursus bahasa dan sastra di universitas Toronto.
    Buku-buku yang ditulis oleh Margaret sekitar tahun 1960-an cukup banyak, antara lain : ‘Our Father’ (1961) : Doa Tuhan bagi Anak-anak, lalu diikuti ‘Clear Shining After Rain’, dan ‘Chats With Young Adults on Growing’ pada tahun 1962. Di tahun 1966 diterbitkan ‘The Wondrous Cross’, selanjutkan ‘Rivers Among the Rocks’ (1967) dan ‘God`s Hedge’ (1967). Margaret begitu merasakan pemeliharaan Tuhan selama tahun-tahun ini dan bisa melihat kedaulatan Allah, terutama dalam kaitannya dengan apa yang dialaminya.

DITULISNYA ‘SO SEND I YOU’
    Kalau di awal penerbitan lagu ‘So Send I You’ Margaret merasakan terlalu menitik beratkan sisi penderitaan dan kesepian dari seorang Misionari, namun tahun kemudian dia menulis ulang versi yang lebih baru, yang mencerminkan
pertumbuhan imannya di dalam Kristus.
    Margaret menulis : “Ketika saya sedang berada di utara, saya merasakan berbagai macam kesepian secara mental, kebudayaan, dan terutama secara rohani. Saya tidak dapat menemukan gereja ataupun suatu kelompok pendalaman Alkitab. Saya hanya menemukan satu atau dua orang yang beragama Kristen pada tahun-tahun itu. Suatu malam ketika saya sedang mempelajari Firman Tuhan dan merenungkan keadaan saya, saya teringat pada Injil Yohanes pasal 20 dan pada kata-kata ‘Aku mengutus kamu’. Karena cacat tubuh yang saya derita, saya tidak bisa pergi ke berbagai tempat untuk melayani, namun pada malam itu Tuhan menunjukkan bahwa di sinilah ladang pelayanan saya. Saya telah menulis sajak selama hidup saya, jadi sangat mudah bagi saya untuk mengekspresikan pemikiran saya dalam sebuah puisi yang kemudian dijadikan sebuah lagu. Beberapa tahun kemudian saya menyadari bahwa puisi tersebut sangat bersifat berat sebelah. Puisi tersebut hanya berisikan tentang penderitaan dan kehidupan yang serba kekurangan dari sebuah panggilan misionari. Saya menulis sebuah lirik lain dengan irama lagu yang sama sehingga ayat-ayat lagu tersebut dapat digunakan secara bergantian. Sangat menarik karena di kemudian hari, versi yang baru ini lebih disukai. Saya sangat bersukacita atas hal ini sebab saya sangat ingin menjadi seorang penulis yang mengacu pada Alkitab dan versi yang kedua itulah yang lebih mengacu pada Alkitab”. Begitulah kisah lahirlah lagu ‘So Send I You’ versi kedua yang dikenal sampai sekarang dengan berbagai terjemahan, di antaranya : ‘Ku Utus Kau’ atau ‘Ku Kirim Kau’. (Kisah selengkapnya dapat dibaca di Story Behind The Song terbitan Yis Production).

DI AKHIR HIDUP MARGARET, TETAP PRODUKTIF
    Margaret sempat mengalami kesenjangan dalam menulis, karena tulang belakang nya dan sakit kepalanya kambuh lagi. Tulang belakangnya harus dioperasi. Setelah dioperasi penyakit arthritisnya kambuh lagi. Kondisinya lemah dan mengalami penderitaan lagi. Di tengah penderitaannya tersebut, dia menulis ‘Grace Grows Best’ di musim dingin yang diterbitkan pada tahun 1972. Sakit Margaret menjadi begitu parah sehingga pada tahun 1973, dia mengundurkan diri setelah 31 tahun mengajar. Pada saat ini Margaret menjual rumahnya di Toronto dan pindah ke daerah pinggiran, di mana dia hidup tenang dan bahagia di Willowdale, Ontario.
    Meskipun masih diganggu oleh rasa sakit, Margaret telah belajar sejak awal kehidupan bahwa dalam kesendirian yang panjang dan dalam kelemahan, dia dapat menyanyikan lagu hymne dan hal itu dapat membantunya bertahan. Dia telah belajar mencari penghiburan dalam Kristus, dari Alkitab, dari lagu-lagu hymne dan Roh Kudus. Selama pensiun, Margaret mengambil kursus teologia sesekali di Ontario Theological College di Toronto.
    Bahkan dia masih mampu mencurahkan untuk menulis beberapa tahun setelah berhenti mengajar. Di antaranya ‘Conversations with a Barred Owl’ (1975) dan ‘So You`re Single’ (1978) yang sudah diterbitkan. Di tahun-tahun terakhirnya, dia sangat produktif dalam menulis. ‘Destined for Glory (1983), All Nature Sings (1986) dan A Singing Hear’ (1987), ditulis dalam masa pensiunnya.
    Tahun 1985nya,  Margaret menjalani bedah tulang karena sudah parah. Pada tahun 1992, Margaret dirawat di rumah jompo di Toronto, Kanada. Di akhir hidupnya, ia mengalami demensia (lupa ingatan, lebih parah dari pikun). Sehingga tidak bisa mengenali dan berinteraksi
dengan mereka yang datang untuk menghargai karya-karyanya. Kontribusinya pada hymne sangat besar, sehingga mendapat pengakuan dari  ‘A Fellow of the Hymn Society’ di Amerika dan Kanada. Margaret meninggal pada 17 Maret 2008 di rumah jompo di Toronto tersebut, dalam usia 93 tahun.
    Margaret adalah pembela yang kuat dari iman Reformed, seorang koresponden yang cerdas, dan seorang editor yang dihormati. Walaupun selama hidupnya, berjuang dengan penyakit dan beberapa kali dioperasi tulang belakangnya, ia tetap berkarya untuk Tuhan dan sesama. Selain seorang pengajar sejati, diapun seorang penulis berbakat alami, ia menerbitkan ratusan puisi, artikel, lagu hymne dan sketsa, serta 17 buku dalam 7 bahasa.
    Pada akhir pengantar buku ‘Destined for Glory’, Margaret Clarkson menyaksikan kisah seorang teman yang datang untuk mengunjunginya. Sudah 5 tahun terakhir, temannya sedang bersedih karena kematian ibunya yang menderita kanker. Margaret meminta temannya membaca tentang topik penderitaan. Ternyata temannya tersebut dapat melihat tentang kedaulatan Tuhan. Apalagi ketika didiagnosa, rupanya temannya menderita kanker juga. Selama pergumulannya, teman Margaret menulis bahwa buku Margaret telah memberi pencerahan untuk menahan sakit dan dapat melihat tujuan Allah dalam penderitaan.

MUSIKNYA DIBUAT JOHN W. PETERSON
    Musik untuk lagu ‘Ku Utus Kau’ dibuat oleh John W. Peterson. Kontribusi dan pengaruh yang diberikan Peterson pada musik gereja sejak zaman Perang Dunia II telah dikenal oleh para pekabar Injil pada zaman itu. Ia telah membuat banyak komposisi lagu rohani, hymne dan lagu-lagu untuk paduan suara. Ia juga telah membantu paduan suara gereja dengan membuat lebih dari 20 musik kantata. Musik-musik tersebut telah menggetarkan hati banyak orang dan telah menginspirasi jemaaat melalui lirik-liriknya.
    John W. Peterson lahir di Lindsborg, Kansas pada 1 November 1921. Pada tahun 1939 ia memulai pelayanan mengabarkan Injil melalui radio dengan 2 saudara laki-lakinya dan pada tahun itu juga ia menulis lagu rohaninya yang pertama. Tahun 1942, Peterson mengikuti pelatihan militer dan ia menjadi pilot saat terjadi perang antara RRC dengan Myanmar. Mengenai masa kehidupannya saat itu, ia berkomentar : “Saya mengalami banyak pengalaman rohani yang berharga selama hari-hari itu dan banyak lagu saya yang diawali di suatu tempat di India atau Myanmar atau di atas Gunung Himalaya”. Setelah tugas militernya, John Peterson mendaftarkan diri sebagai mahasiswa dan lulus dari Moody Bible Institute, kemudian ia melanjutkan pelatihan musiknya di American Conservatory of Music dan lulus pada tahun 1950. John Peterson telah diberikan gelar Doktor dari Western Conservative Baptist Seminary dan juga dari Brown University atas kontribusi Peterson pada musik gereja.
    Di kemudian hari keluarga John Peterson tinggal di sebuah daerah dekat Phoenix, Arizona di mana ia melanjutkan menulis komposisi-komposisi rohani. Ia juga memimpin banyak paduan suara di beberapa daerah di negaranya. Musiknya dicintai dan dinyanyikan di seluruh dunia. Peterson telah menulis 35 kantata dan musikal, di antaranya : ‘Night of Miracles’, ‘Born a King’, ‘No Greater Love’, ‘Carol of Christmas’, ‘Jesus Is Coming, King of Kings’, ‘Down from His Glory’ dan ‘The Last Week’. Sekitar 10.000.000 salinan kantata dan musikal ini telah diterbitkan dan dijual. Dia juga telah menyusun lebih dari 1.200 lagu, seperti ‘It Took a Miracle’, ‘Over the Sunset Mountains’, ‘So Send I You’, ‘Springs of Living Water’, ‘Heaven Came Down’, ‘Jesus Is Coming Again’ dan ‘Surely Goodness and Mercy’.
    Namun demikian, dia dikenal karena lagu ‘So Send I You’ yang telah membuahkan banyak kesaksian. John Peterson sering mengatakan mengenai betapa besar kuasa dari sebuah kidung pujian dalam mengubah kehidupan seseorang. Dalam bukunya ‘The Miracle Goes On’, ia memberi contoh tentang kuasa pujian tersebut. Lagu ‘So Send I You’ (Ku Utus Kau) dipakai Tuhan untuk mengubah sikap hati dan kehidupan seorang artis. Disaksikan, walau sudah mengenal Kristus, artis tersebut sedang mengalami kebimbangan, apakah sebaiknya ia tetap menjalani karirnya sebagai artis atau menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan? Di tengah kebimbangannya, ia mendengarkan lagu ‘So Send I You’ dan ternyata pesan dalam lagu ini membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan artis tersebut. Artis tersebut berlutut dan membuat komitmen bahwa ia mau menyerahkan seluruh kehidupannya pada Tuhan. Lagu tersebut sudah menjadi jawaban atas keraguan artis itu.

Buku-buku terbitan Margaret Clarkson :
1. Let’s List¬en to Mu¬sic, 1947
2. The Creative Class¬room, 1958
3. Susie’s Ba¬bies, 1960
4. Our Fa¬ther : The Lord’s Pray¬er for Child¬ren, 1961
5. Clear Shin¬ing Af¬ter Rain, 1962
6. Chats With Young Adults on Grow¬ing Up, 1962
7. The Wond¬rous Cross, 1966
8. Rivers Among the Rocks, 1967
9. God’s Hedge, 1967
10. Grace Grows Best in Win¬ter, 1972, 1984
11. Conversa¬tions with a Barred Owl, 1975
12. So You’re Sin¬gle, 1978
13. Destined for Glo¬ry, 1983
14. All Na¬ture Sings, 1986
15. A Sing¬ing Heart, 1987

Lagu-lagu yang dikarang Margaret Clarkson (© 1966) :
1. Battle Is the Lord’s, The (© 1962)
2. Burn in Me, Fire of God (© 1962)
3. For Your Gift of God the Spir¬it (© 1960, 1976)
4. God of the Ages (© 1983)
5. Let Us Build a House of Wor¬ship (© 1984)
6. So Send I You (© 1954)
7. That’s the Name That I Love (© 1975)
8. We Come, O Christ, to Thee (© 1957)

Kesimpulan
    Di sepanjang hidupnya Edit Margaret Clarkson telah mengalami berbagai bentuk penderitaan, mulai dari perceraian orangtuanya, rasa sakit fisik yang terus menerus, keuangan yang susah, kesepian dan isolasi, namun demikian hidupnya yang bergantung pada penghiburan Tuhan tersebut, telah menjadi pelajaran berharga bagi kita. ‘So Send I You’ merupakan karya Margaret terbesar dalam hidupnya karena lagu tersebut merupakan ringkasan kesaksian Margaret yang sudah melihat panggilan Allah atas hidupnya, di tempat dimana dia berada. Bahwa dia diutus untuk melayani orang lain dalam kemenangan. Tinggalkan rasa sedih dan sakitmu, layani Tuhan, di luar sana banyak orang perlu Saudara ! (Sumber : Praise #13). www.majalahpraise.com

Lagu dapat didengar di SONG

SO SEND I YOU

So send I you--by grace made strong to triumph
O`er hosts of hell, o`er darkness, death and sin,
My name to bear and in that name to conquer
So send I you, My victory to win.

So send I you--to take to souls in bondage
The Word of Truth that sets the captive free,
To break the bonds of sin, to loose death`s fetters
So send I you, to bring the lost to me.

So send I you--My strength to know in weakness,
My joy in grief, My perfect peace in pain,
To prove my pow`r, My grace, My promised presence
So send I you, eternal fruit to gain.

So send I you--to bear My cross with patience,
And then one day with joy to lay it down,
To hear My voice, "Well done, My faithful servant
Come share My throne, My kingdom and My crown!"